Edukasi Gencar untuk Cegah Komplikasi Lupus: Dokter Dorong Deteksi Dini
Dokter spesialis penyakit dalam mendorong edukasi masif tentang lupus untuk deteksi dini dan pencegahan komplikasi, mengingat tingginya angka kasus yang belum terdiagnosis.

Penyakit lupus, sebuah penyakit autoimun sistemik yang menyerang berbagai organ tubuh, tengah menjadi perhatian serius. Dokter spesialis penyakit dalam RS Kariadi, dr. Fenda Adita, menekankan perlunya edukasi yang lebih gencar untuk meningkatkan harapan hidup dan mencegah komplikasi pada penderita lupus. Hal ini disampaikan dalam siaran Kementerian Kesehatan di Jakarta pada Kamis, 8 Mei 2024. Lupus, yang dikenal sebagai 'penyakit seribu wajah' karena manifestasinya yang beragam, memerlukan deteksi dini yang efektif untuk mencegah dampak buruk pada kesehatan.
Menurut dr. Fenda, jumlah kasus lupus yang terdiagnosis mungkin hanya sebagian kecil dari jumlah sebenarnya. "Mungkin seperti fenomena gunung es ya, yang kita lihat sekarang ada sekian pasien. Tapi mungkin yang tidak terdiagnosis juga banyak. Tidak diketahui, 'oh ternyata ini sakitnya lupus'," ujarnya. Di RS Kariadi sendiri, tercatat sekitar 22.000 kasus lupus di poliklinik pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan pentingnya upaya peningkatan kesadaran dan deteksi dini penyakit ini.
Penyebab lupus sendiri, menurut dr. Fenda, meliputi faktor genetik, hormonal, dan lingkungan. Faktor genetik berperan signifikan, sementara hormon estrogen yang lebih tinggi pada wanita dan penurunan androgen pada pria juga dikaitkan dengan peningkatan risiko. Faktor lingkungan seperti infeksi virus, gaya hidup tidak sehat, serta paparan bahan kimia seperti silika dan timah juga dapat memicu penyakit ini.
Memahami Lupus: Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan
Deteksi dini lupus memang sulit karena membutuhkan pemeriksaan genetik yang mahal. Namun, beberapa gejala umum dapat menjadi indikator awal, seperti nyeri persendian, terutama di malam dan pagi hari; ruam kulit yang sensitif terhadap sinar ultraviolet; penurunan trombosit; anemia berulang; pembengkakan kaki akibat kebocoran ginjal; dan efusi pleura. Penting bagi masyarakat untuk waspada terhadap gejala-gejala tersebut dan segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami keluhan serupa.
Untuk mencegah komplikasi, dr. Fenda menyarankan beberapa langkah penting. Penderita lupus perlu menghindari paparan sinar UV dan mengonsumsi vitamin D3 seumur hidup, yang bermanfaat bagi kesehatan tulang dan metabolisme. Mengurangi stres juga sangat penting, karena stres dapat memicu kambuhnya penyakit. Pemerintah, lanjut dr. Fenda, telah menyediakan obat-obatan untuk mencegah komplikasi lupus.
Perlu diingat bahwa beberapa dekade lalu, angka kematian akibat lupus sangat tinggi, sehingga kasusnya pun jarang ditemukan. Kini, dengan pengobatan yang lebih baik dan kesadaran yang meningkat, harapan hidup penderita lupus dapat ditingkatkan. Namun, edukasi yang lebih masif dan perluasan akses layanan kesehatan tetap dibutuhkan untuk memastikan setiap penderita lupus mendapatkan perawatan yang tepat dan mencegah komplikasi.
Langkah-langkah Pencegahan dan Pengobatan Lupus:
- Hindari paparan sinar UV
- Konsumsi vitamin D3 seumur hidup
- Kelola stres dengan baik
- Konsultasi rutin dengan dokter spesialis
- Ikuti pengobatan yang direkomendasikan dokter
Di Hari Lupus Sedunia, dr. Fenda berharap agar edukasi tentang lupus semakin masif dan akses layanan kesehatan untuk pengobatan lupus dapat diperluas di seluruh Indonesia. Dengan demikian, lebih banyak penderita lupus dapat terdiagnosis dan mendapatkan perawatan yang tepat, sehingga komplikasi dapat dicegah dan kualitas hidup mereka dapat ditingkatkan.