Fakta 2 Juta Anak Kecanduan Game Online, Bupati Banyuwangi Dorong Permainan Tradisional Kurangi Anak-Anak Bermain Gawai
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyoroti fenomena anak-anak bermain gawai yang kian masif. Bagaimana pemerintah daerah berupaya mengatasinya?

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyoroti fenomena peningkatan anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai daripada beraktivitas fisik. Kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah dalam upaya menjaga tumbuh kembang optimal generasi muda.
Pernyataan tersebut disampaikan Bupati Ipuk dalam acara Festival Memengan Tradisional, bagian dari rangkaian peringatan Hari Anak Nasional 2025. Acara ini diselenggarakan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Sabtu lalu.
Festival ini menjadi platform bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk mengampanyekan penguatan karakter anak dan mendorong aktivitas fisik. Ini juga merupakan langkah proaktif dalam menghadapi tantangan digitalisasi yang kian masif di kalangan anak-anak.
Ancaman Kecanduan Gawai dan Peran Digitalisasi
Data terbaru dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan fakta mengejutkan bahwa lebih dari dua juta anak di Indonesia aktif bermain game online. Angka ini mengindikasikan bahwa semakin banyak anak-anak yang terpapar dunia digital secara intensif, bahkan sejak usia dini.
Lebih lanjut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sekitar 30 persen anak mengalami kecanduan game dan judi online. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran serius akan dampak negatifnya terhadap kesehatan fisik dan mental anak, serta perkembangan sosial mereka.
Bupati Ipuk menegaskan bahwa digitalisasi adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari di era modern ini. Namun, ia menekankan pentingnya mengimbangi kemajuan teknologi dengan penguatan karakter dan budaya lokal agar anak-anak tidak melupakan akar identitas mereka.
Mengembalikan Semangat Bermain Melalui Permainan Tradisional
Sebagai respons terhadap tantangan ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus berupaya mengurangi ketergantungan anak pada gawai. Salah satu inisiatif utama adalah melalui penyelenggaraan festival permainan tradisional yang edukatif dan menyenangkan bagi anak-anak.
Festival Memengan Tradisional dirancang sebagai media untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap budaya lokal, sekaligus memberikan ruang bagi mereka untuk belajar nilai-nilai positif. Melalui permainan seperti egrang batok, egrang bambu, dan terompah, anak-anak diajarkan sportivitas, kejujuran, empati, hingga kepemimpinan.
Tema "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" yang diusung dalam festival ini juga bertujuan membentuk kebiasaan positif pada anak. Kebiasaan tersebut meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur tepat waktu, semuanya mendukung tumbuh kembang yang seimbang.
Peran Krusial Keluarga dan Sekolah dalam Pembentukan Karakter
Bupati Ipuk tidak hanya berharap kegiatan permainan tradisional berhenti di festival saja, melainkan juga meminta seluruh sekolah dan orang tua di rumah untuk aktif mengajak anak-anak bermain. Dukungan dari lingkungan terdekat, terutama orang tua, sangat krusial dalam membentuk kebiasaan baik anak.
Orang tua memiliki peran sentral dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan sehari-hari dan mendorong anak untuk berinteraksi secara fisik di luar layar gawai. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan keluarga menjadi kunci keberhasilan dalam upaya ini.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Suratno, menambahkan bahwa Festival Memengan Tradisional ini merupakan bagian dari rangkaian Hari Anak Nasional. Ia berharap inisiatif Banyuwangi ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain di Jawa Timur dan seluruh Indonesia untuk melestarikan permainan tradisional.