Kemkominfo Batasi Kepemilikan Akun Digital Anak Cegah Judi Online
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan membatasi kepemilikan akun digital anak untuk mencegah keterlibatan mereka dalam judi online, merespons data mengejutkan tentang tingginya angka anak yang terlibat.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengambil langkah tegas untuk melindungi anak-anak dari bahaya judi online. Menteri Kominfo, Meutya Hafid, mengumumkan rencana pemerintah untuk membatasi kepemilikan akun digital bagi anak-anak. Pengumuman ini disampaikan pada Festival Internet Aman Untuk Anak Tahun 2025 di Jakarta, Rabu lalu, sebagai respons terhadap data Satuan Tugas Pemberantasan Judi Online yang menunjukkan 440 ribu anak usia 10-20 tahun terlibat judi online. Langkah ini merupakan upaya pencegahan proaktif pemerintah dalam melindungi generasi muda dari ancaman yang semakin meluas.
Menurut Menteri Meutya, rencana peraturan pemerintah ini bertujuan untuk melindungi, bukan membatasi anak-anak. Pembatasan kepemilikan akun akan disesuaikan dengan klasifikasi umur dan tingkat risiko fitur pada platform digital. "Pemerintah saat ini melalui Kemkomdigi menyusun rancangan peraturan pemerintah terkait tata kelola perlindungan anak di dalam ruang digital yang mengatur pembatasan kepemilikan akun pada platform digital bagi anak-anak. Aturan ini bertujuan bukan untuk membatasi, melainkan untuk proteksi dan memberikan perlindungan anak-anak dari konten-konten yang penuh risiko," jelas Menteri Meutya.
Data yang mengejutkan juga menunjukkan bahwa dua persen pemain judi online adalah anak-anak di bawah 10 tahun. Angka ini menjadi perhatian serius pemerintah dan masyarakat luas. "Itu adalah data-data yang dicatat oleh pemerintah dan mengkhawatirkan karena itu bukan hanya sekadar angka-angka, melainkan hak anak-anak atas ruang digital yang aman," tegas Menteri Meutya. Pemerintah menyadari pentingnya melindungi anak-anak dari konten negatif di dunia maya, termasuk konten judi online dan kekerasan seksual.
Peran Orang Tua dan Guru dalam Literasi Digital
Menteri Meutya juga menyoroti pentingnya peran orang tua dan guru dalam memberikan pemahaman literasi digital kepada anak-anak. Ia menuturkan, banyak kasus di mana anak-anak secara tidak sengaja mengakses gim online yang mengarah ke judi online atau konten tidak pantas. "Ada banyak sekali kasus-kasus menurut orang tua atau guru yang menyampaikan kepada kami di mana anaknya itu browsing (berselancar di internet) hal yang biasa, tetapi kemudian muncul secara tiba-tiba, ini juga cerita dari seorang anak, secara tiba-tiba muncul sendiri gim-gim online yang mengarah ke judi online, atau konten-konten yang tidak pantas untuk dilihat oleh anak-anak tanpa dicari," ujarnya.
Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, orang tua, dan guru sangat penting. Menteri Meutya mengajak para guru untuk mengintegrasikan literasi digital ke dalam proses belajar mengajar. "Saya mengajak para guru untuk menjadikan literasi digital sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, karena kalau nanti peraturannya sudah ada, bapak/ibu gurunya tetap perlu melakukan literasi. Peraturan tidak menyelesaikan 100 persen masalah kalau pemahamannya tidak baik, tetapi literasi saja tidak akan cukup tanpa peraturan," paparnya.
Orang tua juga memiliki peran krusial dalam mengawasi aktivitas daring anak-anak dan mendidik mereka menjadi warga digital yang bijak. "Jadi peraturannya dibuat, literasinya dijalankan oleh orang tua dan guru, sehingga sekolah bukan hanya tempat untuk belajar, membaca dan berhitung, melainkan juga mengajari anak-anak menjadi warga digital yang bijak. Banyak aplikasi yang bisa membantu kita memantau aktivitas daring anak-anak tanpa harus mengganggu privasi anak secara berlebihan," tutup Menteri Meutya Hafid.
Langkah Konkret Pemerintah dalam Perlindungan Anak di Dunia Digital
Pemerintah menyadari bahwa regulasi saja tidak cukup untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena itu, upaya edukasi dan literasi digital menjadi kunci keberhasilan dalam melindungi anak-anak di dunia digital. Kominfo berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan platform digital, untuk menciptakan lingkungan digital yang aman dan sehat bagi anak-anak Indonesia.
Selain membatasi kepemilikan akun, pemerintah juga akan terus meningkatkan pengawasan terhadap konten-konten negatif di dunia maya dan menindak tegas pihak-pihak yang melanggar aturan. Kominfo akan terus berupaya untuk menciptakan ekosistem digital yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak Indonesia.
Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah ini diharapkan dapat memberikan perlindungan yang lebih optimal bagi anak-anak dari ancaman judi online dan konten negatif lainnya di dunia digital. Perlindungan anak di dunia digital merupakan tanggung jawab bersama, dan kolaborasi antara pemerintah, orang tua, guru, dan masyarakat sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan digital yang aman dan positif bagi generasi muda.
Dengan adanya peraturan pemerintah yang akan segera diterapkan, diharapkan angka anak-anak yang terlibat dalam judi online dapat ditekan. Namun, keberhasilan upaya ini juga bergantung pada kesadaran dan peran aktif orang tua dan guru dalam memberikan edukasi literasi digital kepada anak-anak.