Fakta Menarik: Tulungagung Gencarkan Vaksinasi PMK, Pertahankan Nol Kasus Jelang Peralihan Musim
Pemerintah Kabupaten Tulungagung terus menggencarkan vaksinasi PMK Tulungagung pada hewan ternak guna antisipasi peralihan musim dan mempertahankan status nol kasus PMK.
Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, secara proaktif terus menggencarkan program vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak. Langkah ini diambil sebagai upaya antisipasi serius terhadap potensi kemunculan kembali wabah PMK. Fokus utama adalah menghadapi masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan yang berpotensi meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Tulungagung, Mulyanto, pada Minggu lalu menyatakan bahwa hingga saat ini, wilayah Tulungagung berhasil mempertahankan status nol kasus PMK. Meskipun demikian, kegiatan vaksinasi tetap menjadi prioritas utama. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga kesehatan hewan ternak dan sektor peternakan secara keseluruhan.
Mulyanto menambahkan bahwa vaksinasi PMK terus digalakkan untuk mencegah kembalinya kasus. Terlebih saat peralihan musim, kelembapan tinggi dapat memicu perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit. Pengalaman sebelumnya menunjukkan penyebaran PMK seringkali berasal dari lalu lintas ternak dari luar daerah yang tingkat vaksinasinya masih rendah.
Strategi Gencar Vaksinasi PMK di Tulungagung
Program vaksinasi PMK di Tulungagung dilaksanakan secara bertahap dan menyeluruh di seluruh desa. Setiap ekor sapi dewasa ditargetkan untuk mendapatkan minimal empat kali suntikan vaksin. Sementara itu, untuk sapi dengan ukuran lebih kecil, cukup diberikan tiga dosis vaksin. Pendekatan bertahap ini memastikan cakupan vaksinasi yang optimal di seluruh populasi ternak.
Ketersediaan stok vaksin PMK di Tulungagung dinilai sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan program ini. Pada Juli 2025 lalu, Kabupaten Tulungagung menerima pasokan sebanyak 552 botol vaksin dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan pemerintah pusat. Jumlah ini setara dengan 13.800 dosis vaksin yang siap didistribusikan.
Mulyanto menjelaskan bahwa penyaluran vaksin akan dilakukan melalui Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) di masing-masing wilayah. Distribusi ini akan disesuaikan dengan ketersediaan vaksin di lapangan serta kebutuhan aktual di setiap lokasi. Ketersediaan vaksin yang memadai menjadi kunci keberhasilan program pencegahan PMK ini.
Pengawasan Lalu Lintas Ternak dan Antisipasi Musim
Mulyanto juga menyoroti bahwa sebagian besar kasus PMK yang terjadi sebelumnya di Tulungagung memiliki korelasi kuat dengan lalu lintas ternak dari luar daerah. Ternak yang masuk dari wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah berpotensi membawa virus PMK. Oleh karena itu, pengawasan ketat terhadap pergerakan ternak menjadi salah satu fokus utama dalam strategi pencegahan.
Pengalaman yang terjadi pada akhir tahun 2024 hingga awal tahun 2025 menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah daerah. Pada periode tersebut, penyebaran PMK terbukti berasal dari daerah yang memiliki tingkat vaksinasi yang belum optimal. Hal ini memperkuat urgensi pengawasan perbatasan dan lalu lintas ternak untuk meminimalkan risiko penularan.
Selain itu, masa peralihan musim, khususnya dari kemarau ke hujan, membawa tantangan tersendiri. Peningkatan kelembapan udara dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit, termasuk virus PMK. Oleh karena itu, vaksinasi yang gencar menjadi benteng pertahanan yang kuat dalam menghadapi perubahan iklim musiman ini.
