Fakta Mengejutkan: 5 Bahasa Daerah Indonesia Punah, Pemerintah Siapkan Program Dukungan Pelestarian Bahasa Daerah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI berencana meluncurkan program dukungan bagi aktivis pelestarian bahasa daerah tahun depan, menyusul keprihatinan atas ancaman kepunahan ratusan bahasa lokal di Indonesia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tengah menginisiasi program dukungan bagi para pegiat pelestarian bahasa daerah. Inisiatif ini muncul di tengah kekhawatiran serius akan ancaman kepunahan bahasa-bahasa lokal di tanah air.
Program tersebut direncanakan akan mulai diluncurkan pada tahun depan untuk mengatasi masalah mendesak ini. Kepala Badan Bahasa Kementerian, Hafidz Muksin, menyampaikan hal ini dalam dialog di Kampar, Riau, pada hari Jumat.
Sebanyak 718 bahasa daerah di Indonesia terancam punah, dengan lima di antaranya bahkan telah dinyatakan punah. Kondisi ini mendesak pemerintah untuk bertindak cepat demi menjaga warisan linguistik bangsa.
Ancaman Kepunahan Warisan Linguistik Bangsa
Indonesia, sebagai negara kepulauan, memiliki kekayaan linguistik yang luar biasa dengan ratusan bahasa daerah. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar dari bahasa-bahasa ini berada dalam kondisi rentan. Lima bahasa bahkan telah hilang selamanya.
Hafidz Muksin menegaskan pentingnya upaya kolektif untuk mencegah hilangnya bahasa-bahasa ini. "Kita tidak boleh membiarkan sebuah bahasa mati bersama penutur terakhirnya," ujarnya. Kehilangan bahasa berarti hilangnya pengetahuan dan budaya.
Kepunahan bahasa daerah berdampak pada hilangnya identitas budaya dan kearifan lokal. Oleh karena itu, langkah proaktif dari pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan. Ini demi memastikan keberlanjutan warisan tak benda ini.
Skema Dukungan dan Tantangan Anggaran Pelestarian Bahasa Daerah
Program dukungan yang diusulkan ini bertujuan untuk mengakui dan mengapresiasi kerja keras para aktivis pelestarian bahasa. Mereka telah berjuang menjaga keragaman linguistik di seluruh pelosok negeri. Dukungan ini diharapkan memberikan dampak nyata.
Meskipun ada niat baik, implementasi program ini menghadapi tantangan, terutama terkait pemotongan anggaran. Tahun ini, hanya 100 komunitas literasi yang menerima bantuan sebesar Rp 50 juta (sekitar USD3.088). Angka ini jauh menurun dari 340 penerima tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, penulis senior dan kelompok literasi yang telah lama berkarya tetap mendapatkan perhatian khusus. Mereka menerima bantuan hingga Rp 100 juta. Bantuan ini diharapkan mampu menciptakan dampak positif yang lebih luas.
Muksin berharap bantuan yang diberikan dapat memberikan manfaat signifikan bagi komunitas. Dukungan finansial ini adalah bagian dari komitmen pemerintah. Ini untuk memastikan bahasa daerah terus hidup dan berkembang di masa mendatang.