Fakta Mengejutkan: Jembatan Putus Pasaman Sebabkan Dua Kampung Terisolasi, Harga Bahan Pokok Melonjak 150 Persen!
Dua kampung di Pasaman terisolasi total akibat jembatan putus, memicu krisis bahan pokok dan transportasi. Bagaimana warga bertahan di tengah kondisi darurat ini?

Dua kampung di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, kini menghadapi situasi darurat akibat isolasi total. Jembatan penghubung utama yang melintasi Sungai Batang Pasaman dilaporkan putus pada Jumat (1/8) lalu. Insiden ini secara langsung memutus akses vital bagi ratusan kepala keluarga di wilayah tersebut, menimbulkan kekhawatiran serius.
Kejorongan Batang Kundur dengan sekitar 80 kepala keluarga dan Kejorongan Sinuangon dengan 70 kepala keluarga menjadi pihak yang paling terdampak. Jembatan berbahan kayu balok dan papan sepanjang 15 meter ini merupakan satu-satunya urat nadi transportasi darat. Akibatnya, aktivitas warga dan pasokan kebutuhan pokok terhambat secara signifikan sejak jembatan itu ambruk.
Sebagai konsekuensi langsung, warga terpaksa mengambil risiko besar dengan mengarungi Sungai Batang Pasaman yang dalam dan berarus deras. Situasi darurat ini telah memicu lonjakan harga bahan pokok hingga 150 persen dari harga normal. Pemerintah daerah diharapkan segera bertindak untuk mengatasi krisis akses ini dan memulihkan kondisi normal bagi masyarakat.
Dampak Krisis Akses Terhadap Kehidupan Warga
Terputusnya jembatan penghubung telah menciptakan krisis akses transportasi yang parah bagi masyarakat Dua Koto Pasaman. Warga dari Kejorongan Batang Kundur dan Sinuangon kini tidak memiliki jalur darat yang aman untuk beraktivitas. Kondisi ini sangat menghambat mobilitas sehari-hari mereka, mulai dari bekerja, bersekolah, hingga mendapatkan kebutuhan dasar.
Untuk bisa keluar atau masuk kampung, warga, termasuk anak-anak sekolah, terpaksa mengarungi derasnya Sungai Batang Pasaman. Kondisi sungai yang curam dan dalam ini menjadi ancaman serius bagi keselamatan jiwa setiap individu yang mencoba melintas. Setiap upaya melintasi sungai berpotensi membahayakan nyawa dan menimbulkan risiko kecelakaan fatal.
Dampak ekonomi juga terasa sangat signifikan dan membebani masyarakat. Harga bahan pokok di kedua kejorongan tersebut melonjak drastis, mencapai 150 persen dari harga normal sebelum jembatan putus. Biaya transportasi ojek pun melambung tinggi, dari Rp100.000 menjadi Rp250.000 per perjalanan, menambah beban ekonomi warga yang sudah kesulitan.
Upaya Penanganan dan Harapan Warga
Masyarakat yang terdampak sangat berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah cepat dan konkret untuk memulihkan akses. Mereka mendesak agar kondisi isolasi ini tidak berlarut-larut, yang dapat mengganggu keberlangsungan hajat hidup ratusan kepala keluarga. Penanganan cepat sangat dibutuhkan demi keberlanjutan kehidupan sosial dan ekonomi mereka.
Wali Nagari Cubadak Barat, Kesria Novi, telah turun langsung ke lokasi kejadian untuk meninjau kondisi jembatan yang putus dan mengidentifikasi kebutuhan mendesak. Pihaknya berupaya melakukan penanganan sementara dengan membangun jembatan darurat sebagai solusi sementara. Langkah awal ini diharapkan dapat memberikan sedikit kelonggaran bagi warga dalam beraktivitas.
Selain itu, Kesria Novi juga telah berkomunikasi secara intensif dengan Pemerintah Kabupaten Pasaman untuk meminta bantuan dan penanganan lebih lanjut. Koordinasi lintas tingkat pemerintahan ini penting untuk memastikan solusi jangka panjang dan permanen. Pembangunan kembali akses jembatan yang layak dan aman menjadi prioritas utama untuk mengakhiri isolasi ini.