Fantastis! Ekspor Impor Jawa Barat Juni 2025 Capai Angka Miliaran Dolar AS, Sektor Nonmigas Jadi Penopang Utama
Kinerja Ekspor Impor Jawa Barat pada Juni 2025 menunjukkan tren positif dengan ekspor nonmigas sebagai motor utama, namun sektor migas alami penurunan. Simak detailnya!

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat merilis data terbaru mengenai kinerja ekspor dan impor provinsi tersebut. Pada Juni 2025, Jawa Barat membukukan nilai ekspor sebesar 3,25 miliar dolar AS, sementara nilai impor mencapai 1,01 miliar dolar AS di bulan yang sama. Angka-angka ini menunjukkan dinamika signifikan dalam neraca perdagangan Jawa Barat.
Plt Kepala BPS Jawa Barat, Darwis Sitorus, mengungkapkan bahwa nilai ekspor pada Juni 2025 mengalami kenaikan 8,26 persen dibandingkan dengan ekspor Juni 2024. Secara kumulatif, nilai ekspor Jawa Barat untuk periode Januari-Juni 2025 telah mencapai 18,65 miliar dolar AS, yang berarti terjadi peningkatan sebesar 3,71 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024.
Peningkatan ini didominasi oleh sektor nonmigas yang tumbuh 3,94 persen menjadi 18,51 miliar dolar AS dalam periode Januari-Juni 2025. Sebaliknya, ekspor migas mengalami penurunan sebesar 20,48 persen menjadi 135,22 juta dolar AS. Data ini mengindikasikan pergeseran struktur ekonomi Jawa Barat yang semakin mengandalkan komoditas nonmigas.
Kinerja Ekspor Nonmigas Menjadi Penopang Utama
Ekspor nonmigas Jawa Barat pada Juni 2025 tercatat sebesar 3,23 miliar dolar AS, menunjukkan kenaikan 8,92 persen dibandingkan Juni 2024. Angka ini kontras dengan ekspor migas yang anjlok 48,75 persen menjadi hanya 17,56 juta dolar AS pada bulan yang sama. Data ini mempertegas peran krusial sektor nonmigas dalam mendongkrak kinerja ekspor provinsi.
Secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2025, ekspor nonmigas mencapai 18,51 miliar dolar AS, menunjukkan pertumbuhan 3,94 persen. Hal ini mengindikasikan resiliensi dan daya saing sektor nonmigas di tengah fluktuasi pasar global. Puncak ekspor nonmigas dalam kurun waktu 2024 hingga 2025 terjadi pada Agustus 2024 dengan nilai 3,51 miliar dolar AS.
Sementara itu, nilai terendah ekspor nonmigas tercatat pada April 2024 sebesar 2,46 miliar dolar AS. Adapun ekspor migas tertinggi dalam periode tersebut tercatat pada Oktober 2024 senilai 40,14 juta dolar AS. Fluktuasi ini menunjukkan sensitivitas masing-masing sektor terhadap kondisi pasar dan kebijakan perdagangan.
Komoditas Unggulan dan yang Mengalami Penurunan
Beberapa komoditas nonmigas menunjukkan peningkatan signifikan pada periode Januari-Juni 2025. Golongan mesin dan perlengkapan elektrik memimpin dengan kenaikan 402,64 juta dolar AS atau 15,33 persen. Kenaikan substansial juga terlihat pada kendaraan dan bagiannya sebesar 249,90 juta dolar AS atau 6,74 persen.
Komoditas lain yang turut mendongkrak nilai ekspor adalah barang-barang rajutan dengan peningkatan 83,45 juta dolar AS (9,62 persen), pakaian jadi bukan rajutan sebesar 41,16 juta dolar AS (6,95 persen), serta karet dan barang dari karet yang naik 15,55 juta dolar AS (2,07 persen). Diversifikasi produk ini memperkuat struktur ekspor Jawa Barat.
Namun, beberapa golongan barang mengalami penurunan signifikan. Alas kaki anjlok 482,78 juta dolar AS atau 42,82 persen. Serat stafel buatan turun 77,88 juta dolar AS atau 14,48 persen, dan perhiasan/permata minus 72,06 juta dolar AS atau 13,78 persen. Penurunan juga terjadi pada kertas/karton sebesar 25,50 juta dolar AS dan mesin/peralatan mekanis sebesar 17,31 juta dolar AS.
Darwis Sitorus menambahkan, selama Januari-Juni 2025, ekspor dari sepuluh golongan barang utama memberikan kontribusi sebesar 68,99 persen terhadap total ekspor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor sepuluh golongan barang tersebut naik 0,93 persen terhadap periode yang sama tahun 2024, menunjukkan kontribusi yang stabil.
Destinasi Utama Ekspor Jawa Barat
Ekspor nonmigas Jawa Barat ke 13 negara tujuan utama pada Januari-Juni 2025 secara total meningkat 6,41 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Delapan negara tujuan mengalami peningkatan, sementara sisanya menunjukkan penurunan. Ini mencerminkan strategi perluasan pasar yang efektif.
Peningkatan terbesar dialami Korea Selatan sebesar 304,27 juta dolar AS atau 43,88 persen, disusul Thailand sebesar 244,18 juta dolar AS atau 28,71 persen, dan Filipina sebesar 244,15 juta dolar AS atau 16,68 persen. Pertumbuhan ini menunjukkan potensi pasar yang besar di kawasan Asia Timur dan Tenggara.
Pangsa pasar terbesar ekspor nonmigas Januari-Juni 2025 adalah Amerika Serikat dengan nilai 3,02 miliar dolar AS, disusul Filipina 1,71 miliar dolar AS, dan Jepang sebesar 1,38 miliar dolar AS. Kontribusi ketiga negara ini terhadap total ekspor nonmigas mencapai 32,96 persen, menunjukkan dominasi pasar tradisional.
Darwis Sitorus menjelaskan, kontribusi ekspor ke 13 negara mitra utama mencapai 68,11 persen dari ekspor nonmigas. Untuk negara-negara kawasan ASEAN sendiri berkontribusi sebesar 26,72 persen, sementara negara Asia lainnya menyerap 33,11 persen. Kawasan Benua Amerika dan Eropa berkontribusi sebesar 34,4 persen dari total ekspor nonmigas, menunjukkan diversifikasi geografis yang baik.
Dinamika Impor Jawa Barat
Nilai impor Jawa Barat pada Januari-Juni 2025 mencapai 6,02 miliar dolar AS, turun 2,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Penurunan ini sebagian besar didorong oleh impor migas yang anjlok 25,69 persen menjadi 753 juta dolar AS, mencerminkan potensi efisiensi energi atau penurunan permintaan migas.
Berbeda dengan total impor, nilai impor nonmigas justru naik 1,89 persen menjadi 5,27 miliar dolar AS. Pada Juni 2025 saja, impor Jawa Barat mencapai 1,01 miliar dolar AS, turun 5,21 persen dari Juni 2024. Namun, impor nonmigas Juni 2025 naik 5,69 persen menjadi 0,92 miliar dolar AS, menunjukkan peningkatan kebutuhan bahan baku atau barang modal nonmigas.
Berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong masing-masing turun 20,52 persen dan 1,56 persen pada Januari-Juni 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebaliknya, impor barang modal justru naik 8,13 persen, mengindikasikan adanya investasi pada sektor produksi dan pengembangan industri di Jawa Barat.