Festival Sumbar Tageh: 808 Pupuik Sarunai Bersiap Pecahkan Rekor MURI
Festival Sumbar Tageh di Padang pada 18 Mei 2025, menargetkan Rekor MURI dengan meniup 808 melodi pupuik sarunai, sekaligus mendorong UMKM lokal.

Festival Sumbar Tageh akan memecahkan rekor MURI dengan melibatkan 808 peserta yang memainkan pupuik sarunai secara serentak. Acara ini akan diselenggarakan pada Minggu, 18 Mei 2025, di Padang, Sumatera Barat, bertepatan dengan hari bebas kendaraan (car free day). Tujuannya tidak hanya untuk meraih prestasi, tetapi juga untuk melestarikan budaya Minangkabau dan mendorong pertumbuhan ekonomi UMKM lokal.
Inisiatif ini digagas oleh PT Kirana sebagai penyelenggara, bekerja sama dengan Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Barat. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumbar, Meifrizon, menyatakan dukungan penuh terhadap acara ini sebagai bagian dari upaya memeriahkan car free day di Padang. Acara ini berpotensi untuk masuk dalam Guinness World Records, namun untuk tahap awal, targetnya adalah memecahkan rekor MURI.
Suliman, perwakilan dari PT Kirana, menjelaskan bahwa Festival Sumbar Tageh lebih dari sekadar perlombaan meniup pupuik sarunai. Acara ini dirancang untuk menampilkan melodi-melodi tradisional Minangkabau yang menghibur masyarakat. Lebih dari itu, festival ini juga menjadi wadah bagi UMKM untuk mempromosikan dan menjual produk-produknya, memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Pupuik Sarunai dan Pelestarian Budaya Minangkabau
Pupuik sarunai, alat musik tiup tradisional Minangkabau, menjadi pusat perhatian dalam Festival Sumbar Tageh. Suliman menekankan pentingnya melestarikan budaya Minangkabau melalui kegiatan ini. "Pupuik Sarunai merupakan alat musik tiup tradisional Minangkabau. Produk budaya ini adalah aset yang perlu dilestarikan. Dengan melestarikan budaya, pada saat yang sama kita juga menggenjot sektor pariwisata. Muaranya tentu kesejahteraan masyarakat," katanya.
Dengan melibatkan ratusan peserta dalam memainkan pupuik sarunai secara serentak, festival ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat luas dan meningkatkan apresiasi terhadap budaya Minangkabau. Selain itu, pertunjukan musik tradisional ini diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata baru bagi Sumatera Barat.
Festival ini juga dirancang untuk memberikan pengalaman yang menghibur dan berkesan bagi para pengunjung. Tidak hanya menyaksikan pertunjukan pupuik sarunai, pengunjung juga dapat menikmati berbagai produk UMKM lokal yang turut meramaikan acara tersebut.
UMKM sebagai Fokus Utama
Festival Sumbar Tageh memberikan ruang khusus bagi UMKM untuk berpartisipasi dan mempromosikan produknya. UMKM binaan dari berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) dan pemangku kepentingan akan mendapatkan tempat khusus di halaman Istana Gubernuran Sumbar. Sementara itu, UMKM lain juga diberikan kesempatan untuk berjualan di luar lokasi acara.
Suliman menjelaskan bahwa tujuan utama dari keterlibatan UMKM dalam festival ini adalah untuk membantu mereka melebarkan jejaring dan meningkatkan kelas usaha mereka. "Festival ini juga menargetkan untuk memberikan kesempatan bagi UMKM melebarkan jejaring sehingga bisa naik kelas," ujarnya.
Dukungan dari pemerintah daerah juga terlihat jelas dalam hal ini. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memberikan kesempatan bagi UMKM untuk berjualan di area car free day tanpa dipungut biaya. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendukung pengembangan sektor UMKM di Sumatera Barat.
Dampak Positif bagi Ekonomi Lokal
Berdasarkan penelitian Balitbang Sumbar, car free day di Padang telah memberikan dampak positif bagi UMKM. Rata-rata UMKM dapat memperoleh omzet hingga Rp2 juta hingga Rp2,5 juta per hari selama car free day. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan seperti Festival Sumbar Tageh dapat memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian lokal.
Meifrizon menambahkan bahwa car free day di Padang selalu dihadiri oleh puluhan ribu orang setiap minggunya. Hal ini menjadi bukti bahwa kegiatan tersebut mendapatkan dukungan positif dari masyarakat. Festival Sumbar Tageh diharapkan dapat semakin meningkatkan jumlah pengunjung dan memberikan dampak ekonomi yang lebih besar bagi UMKM lokal.
Festival Sumbar Tageh tidak menggunakan anggaran dari APBD Sumatera Barat. Seluruh biaya operasional ditanggung oleh penyelenggara dan sponsor. Hal ini menunjukkan komitmen penyelenggara untuk melaksanakan acara ini secara mandiri dan berkelanjutan.
Festival Sumbar Tageh diharapkan menjadi event tahunan yang dapat terus melestarikan budaya Minangkabau dan memberdayakan UMKM lokal. Dengan menggabungkan unsur budaya dan ekonomi, festival ini menjadi contoh sukses kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam memajukan daerah.