GAPMMI Usul 6 Strategi Jaga Industri Mamin dari Tarif Trump
Hadapi tarif impor AS 32 persen, GAPMMI ajukan enam strategi jitu kepada pemerintah untuk melindungi industri makanan dan minuman Indonesia.

Jakarta, 5 April 2024 - Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) mengusulkan enam strategi kunci bagi pemerintah untuk melindungi industri makanan dan minuman (mamin) dalam negeri dari dampak tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) sebesar 32 persen. Kebijakan tarif ini diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2024, dan berdampak pada sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Ketua Umum GAPMMI, Adhi Lukman, memaparkan strategi tersebut di Jakarta pada Sabtu lalu. Langkah-langkah yang diusulkan mencakup negosiasi diplomatik, analisis dampak menyeluruh dan pembuatan kebijakan pendukung, stabilisasi nilai tukar rupiah, penguatan hilirisasi sektor agrobisnis dan substitusi impor bahan baku, mempertahankan kebijakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), serta diversifikasi pasar ekspor.
Ancaman tarif ini bukan tanpa konsekuensi. Menurut Adhi Lukman, hambatan perdagangan yang diterapkan AS berpotensi menimbulkan kenaikan biaya produksi, penurunan kuantitas ekspor, dan ancaman terhadap lapangan kerja di industri mamin Indonesia. Oleh karena itu, kolaborasi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya sangat krusial untuk menghadapi tantangan ini.
Negosiasi Diplomatik dan Analisis Dampak
Salah satu strategi utama yang diusulkan GAPMMI adalah negosiasi diplomatik dengan AS. Adhi Lukman menekankan pentingnya menunjukkan saling ketergantungan ekonomi kedua negara. "Amerika Serikat merupakan pasar ekspor prioritas untuk beberapa produk unggulan makanan dan minuman dari Indonesia seperti produk kopi, kelapa, kakao, minyak sawit, lemak nabati, produk perikanan dan turunannya. Di sisi lain, industri makanan dan minuman Indonesia mengimpor berbagai bahan baku industri dari Amerika, beberapa di antaranya gandum, kedelai dan susu," ujarnya.
Selain negosiasi, analisis menyeluruh terhadap dampak tarif ini juga penting. Pemerintah perlu merumuskan kebijakan pendukung yang tepat sasaran untuk meminimalisir kerugian bagi industri mamin dalam negeri. Hal ini termasuk memperhatikan stabilitas nilai tukar rupiah yang dapat mempengaruhi daya saing produk Indonesia di pasar internasional.
Penguatan hilirisasi sektor agrobisnis dan substitusi impor bahan baku juga menjadi fokus strategi GAPMMI. Dengan mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, industri mamin Indonesia diharapkan lebih tahan terhadap guncangan ekonomi global.
Pertahankan TKDN dan Diversifikasi Pasar
GAPMMI juga mendorong pemerintah untuk mempertahankan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan bahan baku dan komponen lokal, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat industri dalam negeri.
Langkah strategis lainnya adalah diversifikasi pasar ekspor. Dengan mengurangi ketergantungan pada pasar AS, industri mamin Indonesia dapat mengurangi risiko dampak negatif dari kebijakan proteksionis negara tersebut. Eksplorasi pasar-pasar baru di berbagai negara menjadi kunci keberhasilan strategi ini.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat melindungi industri mamin Indonesia dari dampak negatif tarif impor AS. Kolaborasi antara pemerintah, GAPMMI, dan seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilan upaya ini.
Dampak Tarif Timbal Balik AS
Pengumuman kenaikan tarif oleh AS berdampak luas. Tidak hanya Indonesia, sejumlah negara lain di dunia juga terkena dampaknya. Indonesia berada di urutan kedelapan daftar negara yang dikenai kenaikan tarif sebesar 32 persen, menurut unggahan Gedung Putih di Instagram. Sekitar 60 negara dikenai tarif timbal balik separuh dari tarif yang mereka terapkan terhadap AS. Negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Thailand juga terkena dampak kebijakan ini, dengan besaran tarif yang bervariasi.
Kesimpulannya, upaya proaktif dan kolaboratif dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan ini dan memastikan keberlanjutan industri makanan dan minuman Indonesia di tengah dinamika perdagangan global.