Gubernur Sulbar Ajak Ulama Perangi Stunting: Edukasi Gizi Jadi Kunci Utama
Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka, mengajak ulama untuk turut serta dalam upaya penurunan angka stunting melalui edukasi gizi kepada masyarakat, mengingat angka stunting di Sulbar mencapai 30,3 persen.

Mamuju, 21 April 2024 - Angka stunting di Sulawesi Barat (Sulbar) yang mencapai 30,3 persen menjadi perhatian serius Gubernur Suhardi Duka. Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah Provinsi Sulbar mengambil langkah inovatif dengan melibatkan ulama dan tokoh agama dalam upaya pencegahan stunting. Langkah ini diyakini efektif karena dapat menjangkau masyarakat secara luas dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.
Gubernur Suhardi Duka menjelaskan bahwa rendahnya pemahaman masyarakat tentang gizi anak menjadi salah satu faktor utama penyebab tingginya angka stunting. "Pemprov Sulbar akan melibatkan ulama, ustadz untuk membantu pemerintah dalam upaya menurunkan angka stunting di Sulbar," tegas Gubernur Suhardi Duka dalam pernyataan resminya di Mamuju, Senin. Menurutnya, edukasi dan peningkatan pemahaman masyarakat sangat krusial dalam upaya menurunkan angka stunting.
Lebih lanjut, Gubernur menekankan pentingnya pemberian makanan bergizi seimbang, terutama pada anak usia 0-2 tahun. "Masyarakat tidak memahami bagaimana cara pemenuhan kebutuhan gizi anak, meskipun masyarakat itu sebenarnya dalam kategori keluarga mampu atau berada, sehingga tumbuh kembang anak terpengaruh dan menjadi stunting," jelasnya. Ia menambahkan bahwa pemberian makanan sembarangan pada usia dini dapat berdampak buruk pada perkembangan anak dan meningkatkan risiko stunting.
Peran Ulama dalam Pencegahan Stunting
Gubernur Suhardi Duka berharap para ulama dan tokoh agama dapat berperan aktif memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang bagi anak. Mereka dianggap sebagai figur yang dihormati dan berpengaruh di masyarakat, sehingga pesan-pesan tentang pencegahan stunting dapat tersampaikan dengan efektif.
Dengan melibatkan ulama, diharapkan edukasi gizi dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai agama dan budaya setempat. Hal ini diyakini akan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat dan bergizi.
"Stunting ini harus diatasi, karena jika anak mengalami stunting, maka otaknya akan kecil, dan tidak akan bisa memiliki sumber daya manusia yang baik dan sulit untuk bersaing pada sejumlah lapangan usaha pada usia 20 sampai 30 tahun ke depan," kata Gubernur Suhardi Duka dengan nada penuh keprihatinan. Pernyataan ini menekankan dampak jangka panjang stunting terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Upaya Menyeluruh Penurunan Angka Stunting
Selain melibatkan ulama, Pemprov Sulbar juga berkomitmen untuk terus berupaya menurunkan angka kemiskinan, yang juga menjadi salah satu faktor penyebab stunting. Namun, Gubernur Suhardi Duka menekankan bahwa kemiskinan bukanlah satu-satunya alasan. Bahkan dalam kondisi ekonomi terbatas, masih banyak cara untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
Sebagai contoh, Gubernur menceritakan pengalaman masa kecilnya: "Namun, meskipun dalam keadaan menghadapi kemiskinan, sebenarnya banyak cara bisa dilakukan untuk memenuhi gizi anak, seperti di saat kami kecil dulu, ketika memikul kelapa untuk dijual, maka diharuskan terlebih dahulu minum dan makan buah kelapa dengan yang dicampur madu, sehingga badan akan terasa segar dan kuat." Cerita ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan pengetahuan, gizi anak tetap dapat terpenuhi meskipun dalam kondisi ekonomi yang sulit.
Pemprov Sulbar menyadari bahwa penanggulangan stunting membutuhkan upaya menyeluruh dan terintegrasi. Kolaborasi antara pemerintah, tokoh agama, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam menurunkan angka stunting di Sulbar.
Dengan strategi yang komprehensif ini, diharapkan angka stunting di Sulawesi Barat dapat ditekan secara signifikan dan generasi mendatang dapat tumbuh sehat dan optimal.