Gunung Semeru Kembali Erupsi: Aktivitas Gempa Letusan Masih Dominan
Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur kembali erupsi pada Kamis pagi dengan aktivitas gempa letusan yang masih mendominasi, PVMBG mengeluarkan rekomendasi penting bagi masyarakat sekitar.

Gunung Semeru, dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang terletak di Lumajang, Jawa Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkanik signifikan. Pada Kamis, 20 Maret 2025, gunung ini mengalami erupsi sebanyak tiga kali, dengan letusan pertama terjadi pukul 04.23 WIB, diikuti letusan lebih besar pada pukul 05.31 WIB dan 07.27 WIB. Letusan tersebut menghasilkan kolom abu dengan ketinggian mencapai 400 meter, membumbung ke arah utara dan timur laut. Aktivitas ini didominasi oleh gempa letusan, sebagaimana dilaporkan oleh Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Sigit Rian Alfian.
Selama periode pengamatan 24 jam pada Rabu (19/3), tercatat 51 kali gempa letusan dengan amplitudo 10-22 mm dan durasi 49-180 detik. Selain gempa letusan, juga tercatat jenis gempa lainnya, termasuk gempa guguran, embusan, harmonik, dan tektonik jauh. Tingginya frekuensi gempa letusan menunjukkan tingginya tekanan di dalam gunung berapi, mengindikasikan potensi erupsi lebih lanjut.
Data dari beberapa hari sebelumnya juga menunjukkan tren serupa. Pada Selasa (18/3), tercatat 76 kali gempa letusan, dan pada Senin (17/3) sebanyak 40 kali. Hal ini menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang perlu diwaspadai oleh masyarakat dan pihak berwenang. Erupsi yang terjadi pada Kamis pagi terekam seismograf dengan amplitudo maksimum 20-22 mm dan durasi 118-122 detik, menunjukkan kekuatan letusan yang cukup signifikan.
Aktivitas Gempa dan Rekomendasi PVMBG
Dominasi gempa letusan pada aktivitas Gunung Semeru menjadi perhatian utama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). PVMBG mengeluarkan beberapa rekomendasi penting untuk memastikan keselamatan masyarakat sekitar. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi). Ini dikarenakan potensi bahaya awan panas dan aliran lahar yang dapat menjangkau area tersebut.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini untuk menghindari potensi terdampak perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak. Radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru juga dinyatakan sebagai zona bahaya karena potensi lontaran batu pijar.
Sigit Rian Alfian menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Potensi lahar juga perlu diwaspadai di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Masyarakat di sekitar Gunung Semeru dihimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. Pemantauan aktivitas Gunung Semeru terus dilakukan oleh PVMBG untuk memberikan informasi terkini dan peringatan dini jika diperlukan. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan menjadi kunci utama dalam menghadapi potensi bahaya erupsi Gunung Semeru.
Kesimpulannya, aktivitas Gunung Semeru masih perlu dipantau secara ketat. Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti arahan dan rekomendasi dari PVMBG untuk meminimalisir risiko.