Indonesia Hadapi Bonus Demografi: Peluang Emas atau Ancaman Besar?
Kemendukbangga ingatkan Indonesia akan peluang bonus demografi 2045, namun juga ancaman jika tidak dikelola dengan baik, seraya dorong percepatan program Bangga Kencana.

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) memberikan peringatan serius terkait bonus demografi Indonesia yang diproyeksikan pada tahun 2045. Peringatan ini disampaikan oleh Sekretaris Kemendukbangga/Sekretaris Utama BKKBN, Budi Setiyono, di Semarang pada Jumat, 25 April. Beliau menekankan bahwa peluang besar ini dapat menjadi kekuatan ekonomi yang signifikan, namun juga berpotensi menjadi beban jika tidak dikelola dengan tepat. Peringatan ini disampaikan dalam acara Konsolidasi Program Bangga Kencana di Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah.
Indonesia saat ini menghadapi tantangan kompleks dalam pengendalian pertumbuhan penduduk, pemerataan sebaran penduduk, dan peningkatan proporsi penduduk lansia serta angka ketergantungan. Tantangan ini menjadi latar belakang pentingnya pengelolaan bonus demografi yang bijak. Budi Setiyono, yang juga Guru Besar Universitas Diponegoro, Semarang, menyatakan, "Bonus demografi akan menjadi kekuatan besar jika kita mampu memaksimalkannya. Namun jika tidak dikelola dengan baik, justru bisa menjadi beban."
Oleh karena itu, Kemendukbangga terus menguatkan strategi nasional dalam menghadapi isu kependudukan dan pembangunan keluarga. Strategi ini mencakup berbagai program untuk mengatasi tantangan seperti pernikahan dini, stunting, peran ayah dalam pengasuhan, dan peningkatan kualitas hidup lansia. Keberhasilan pengelolaan bonus demografi sangat bergantung pada kesuksesan strategi ini dan implementasinya di lapangan.
Menghadapi Tantangan dan Memanfaatkan Peluang Bonus Demografi
Kemendukbangga telah meluncurkan lima program unggulan atau Quick Win untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan keluarga. Program-program ini meliputi Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), program Sidaya (Lansia Berdaya), dan pengembangan Al-SuperApps Tentang Keluarga. Kelima program ini dirancang untuk secara terintegrasi meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mempersiapkan generasi masa depan menghadapi bonus demografi.
Jawa Tengah, sebagai salah satu 'centre of excellence' untuk seluruh Quick Win secara nasional, memegang peran penting dalam keberhasilan program-program ini. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih, menekankan pentingnya dukungan penuh dari pemerintah daerah, khususnya dalam hal anggaran, sumber daya manusia, dan infrastruktur data dan layanan. Dukungan ini menjadi kunci keberhasilan implementasi program-program tersebut di tingkat daerah.
Eka Sulistia Ediningsih juga menjelaskan tentang alokasi anggaran Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) Tahun Anggaran 2025 kepada seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah, yang mencapai Rp390,97 miliar. Terdapat pula Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik sebesar Rp42,26 miliar dengan target kinerja yang jelas dan terukur. Anggaran ini diharapkan dapat mempercepat implementasi indikator kinerja daerah melalui pemanfaatan dana BOKB dan DAK Fisik.
Pentingnya Koordinasi dan Kerja Sama
Koordinasi dan kerja sama yang kuat antara berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang bonus demografi. Hal ini ditekankan dalam kegiatan konsolidasi yang bertujuan untuk memperkuat koordinasi teknis dan mempercepat implementasi indikator kinerja daerah. Anggaran DAK subbidang KB, khususnya BOKB, terbukti sangat membantu kabupaten/kota dalam pelaksanaan program-program Kemendukbangga di daerah.
Pada tahun 2024, realisasi BOKB mencapai Rp368,17 miliar atau sekitar 95,66 persen dari total pagu sebesar Rp384,88 miliar. Kabupaten Pemalang mencatatkan capaian tertinggi (99,91 persen), diikuti oleh Kabupaten Grobogan (99,77 persen), dan Kabupaten Kendal (99,56 persen). Capaian ini menunjukkan adanya komitmen dan kerja keras dari pemerintah daerah dalam melaksanakan program-program tersebut.
Sebagai bagian dari upaya konsolidasi, dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Perwakilan BKKBN Jateng dengan OPD terkait pengendalian penduduk dan KB se-Jateng. Hal ini diharapkan dapat memperkuat tata kelola program Bangga Kencana dan selaras dengan arah pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045. Kerja sama yang kuat dan terintegrasi menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang bonus demografi.
Dengan adanya komitmen dan kerja keras dari berbagai pihak, diharapkan Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi sebagai peluang untuk mencapai kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Namun, pengelolaan yang tepat dan terencana sangat penting untuk menghindari potensi ancaman yang dapat timbul jika bonus demografi tidak dikelola dengan baik.