Indonesia Raih Rp8,21 Triliun Pendanaan dari Jepang untuk Proyek PLTP Muara Laboh
Pemerintah Indonesia berhasil mendapatkan pendanaan sebesar Rp8,21 triliun dari AZEC untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit 2 di Sumatera Barat, yang ditargetkan beroperasi pada 2027.

Jakarta, 5 Mei 2024 - Pemerintah Indonesia menerima suntikan dana signifikan dari Asia Zero Emission Community (AZEC) untuk pengembangan energi terbarukan. Sebesar 500 juta dolar AS atau setara dengan Rp8,21 triliun (dengan kurs Rp16.429 per dolar AS) telah disetujui untuk membiayai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit 2 di Solok, Sumatera Barat. Kabar baik ini diumumkan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, usai penandatanganan kesepakatan pendanaan.
Penandatanganan kesepakatan pendanaan atau financial close dilakukan antara PT Supreme Energy Muara Laboh dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Proyek ini merupakan bukti nyata komitmen Indonesia dan Jepang dalam mendorong transisi energi bersih dan pembangunan berkelanjutan. Airlangga Hartarto menekankan pentingnya kolaborasi strategis ini dalam mempercepat pengembangan infrastruktur ramah lingkungan, khususnya di bawah kerangka kerja sama AZEC.
PLTP Muara Laboh Unit 2, dengan kapasitas 88 megawatt (MW), direncanakan beroperasi secara komersial pada tahun 2027. Tidak hanya itu, pengembangan selanjutnya juga telah direncanakan, yaitu ekspansi Unit 3 dengan kapasitas 60 MW yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2033. Hal ini menunjukkan komitmen jangka panjang kedua negara dalam investasi energi terbarukan di Indonesia.
Proyek Strategis AZEC dan Penguatan Kerja Sama Indonesia-Jepang
Selain proyek PLTP Muara Laboh, pemerintah Indonesia juga tengah fokus pada percepatan beberapa proyek AZEC lainnya. Beberapa di antaranya adalah proyek Legok Nangka Waste-to-Energy, Sustainable Aviation Fuel, PLTP Sarulla, dan Proyek Jaringan Transmisi Jawa-Sumatera. Semua proyek ini tengah dipersiapkan untuk memasuki tahap komersialisasi.
Kehadiran mantan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, yang juga Utusan Khusus Perdana Menteri Jepang untuk AZEC, dalam seremoni financial close semakin mengukuhkan pentingnya kemitraan Indonesia-Jepang. Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Jepang. Kemitraan ini menekankan komitmen bersama untuk menciptakan masa depan yang hijau, adil, dan berkelanjutan di tengah tantangan ekonomi global.
Hubungan ekonomi Indonesia-Jepang terus menunjukkan tren positif. Pada tahun 2024, volume perdagangan bilateral mencapai 35 miliar dolar AS, sementara investasi Jepang di Indonesia mencapai 3,5 miliar dolar AS, meningkat 52 persen dibandingkan tahun 2021. Jepang kini menjadi investor terbesar keenam di Indonesia dengan lebih dari 12.000 proyek di berbagai sektor strategis.
Apresiasi dan Komitmen Bersama
Menteri Airlangga Hartarto menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada pemerintah Jepang atas dukungannya dalam pengembangan energi hijau di Indonesia. "Indonesia sangat menghargai komitmen dan kepemimpinan Jepang dalam pembangunan berkelanjutan, terutama dalam inisiatif seperti AZEC dan kerja sama bilateral lainnya," ujarnya. Ia juga menekankan bahwa pertumbuhan investasi ini mencerminkan komitmen kedua negara untuk membina kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.
Saat ini, terdapat 175 nota kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani antara pelaku usaha Indonesia dan Jepang. Kedua negara berkomitmen untuk terus mendorong terwujudnya proyek-proyek rendah emisi dari MoU tersebut. Upaya ini termasuk mengatasi berbagai hambatan implementasi proyek AZEC dengan pendekatan lintas sektor dan kemitraan publik-swasta yang kuat.
Proyek-proyek AZEC diharapkan dapat menjadi contoh nyata komitmen Indonesia dan Jepang dalam mempercepat transisi energi bersih dan pembangunan ekonomi hijau. Kunjungan mantan Perdana Menteri Jepang semakin mengukuhkan komitmen kuat kedua negara untuk bekerja sama membangun masa depan yang berkelanjutan dan rendah karbon.
Dengan pendanaan yang telah disepakati, proyek PLTP Muara Laboh Unit 2 diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap bauran energi terbarukan Indonesia dan mendukung target penurunan emisi gas rumah kaca.