PLTP Muara Laboh Unit II Ditargetkan Rampung 2027, Dorong Investasi US$ 992 Juta
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit II di Sumatera Barat ditargetkan selesai pada tahun 2027 setelah mencapai financial close, mendorong investasi senilai US$ 992 juta.

Jakarta, 7 Mei 2025 - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengumumkan target penyelesaian pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit II di Sumatera Barat pada tahun 2027. Pencapaian financial close pada awal Mei 2025 menjadi tonggak penting menuju target tersebut. Proyek ini menandai kerja sama strategis antara Indonesia dan Jepang dalam pengembangan energi terbarukan.
Dengan tercapainya kesepakatan pendanaan, proyek PLTP Muara Laboh Unit II, yang memiliki kapasitas 80 MW, diharapkan dapat beroperasi penuh pada tahun 2027. Proyek ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan bauran energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan mencapai target energi bersih.
Proyek ini juga merupakan kelanjutan dari penandatanganan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) antara PT PLN (Persero) dan PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) pada 16 Desember 2024. Kerja sama ini melibatkan lembaga keuangan internasional dan domestik, menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi energi panas bumi di Indonesia. Keberhasilan ini diharapkan dapat menarik investasi lebih besar di sektor energi terbarukan di masa mendatang.
Financial Close dan Kerja Sama Internasional
Financial close PLTP Muara Laboh Unit II menandai selesainya proses pengumpulan pendanaan proyek. Pendanaan proyek ini diperoleh dari berbagai lembaga keuangan terkemuka, antara lain Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Asian Development Bank (ADB), Mizuho Bank, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), MUFG Bank, dan The Hyakugo Bank. Kerja sama ini merupakan bukti nyata komitmen Jepang dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam percepatan transisi energi. Hal ini disampaikan setelah pertemuan bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Jepang yang membahas kerja sama di bidang energi bersih melalui kerangka Asia Zero Emission Community (AZEC). Pertemuan tersebut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Perdana Menteri Jepang periode 2021-2024, Fumio Kishida.
"Pertemuan dengan Jepang hari ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antarnegara dalam mengakselerasi transisi energi, dan bukti nyata kemajuan kerja sama ini," kata Yuliot Tanjung.
Kerja sama ini juga mencakup proyek-proyek energi terbarukan lainnya di Indonesia, seperti PLTSa Legok Nangka, Sustainable Aviation Fuel, dan PLTP Sarulla, serta jaringan transmisi dari Jawa-Sumatera.
Tarif dan Investasi
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menjelaskan bahwa tarif PLTP Muara Laboh Unit 2 & 3 berbeda dengan Unit 1. Perbedaan ini disebabkan oleh negosiasi dan regulasi terbaru yang tertuang dalam Perpres 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Secara keseluruhan, pengembangan PLTP Muara Laboh Unit 2 dan 3, yang juga mencakup Unit 3 dengan kapasitas 60 MW, akan mendorong investasi baru senilai total 992 juta dolar AS. Investasi ini menunjukkan optimisme terhadap potensi energi panas bumi di Indonesia dan kontribusinya terhadap target energi bersih nasional.
Kesimpulan
Proyek PLTP Muara Laboh Unit II merupakan langkah signifikan dalam upaya Indonesia untuk mengembangkan energi terbarukan dan mengurangi emisi karbon. Dengan target penyelesaian pada tahun 2027 dan investasi yang signifikan, proyek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap bauran energi nasional dan menarik investasi lebih lanjut di sektor energi terbarukan.