Inflasi Diprediksi Naik di Maret 2025 Setelah Diskon Listrik Berakhir
Ekonom PermataBank memperkirakan inflasi akan meningkat di Maret 2025 setelah program diskon listrik berakhir pada Februari 2025, meskipun deflasi terjadi di Januari 2025 karena program tersebut.
![Inflasi Diprediksi Naik di Maret 2025 Setelah Diskon Listrik Berakhir](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/000159.593-inflasi-diprediksi-naik-di-maret-2025-setelah-diskon-listrik-berakhir-1.jpg)
Inflasi Diprediksi Naik Usai Diskon Listrik Berakhir
Head of Macroeconomics and Market Research PermataBank, Faisal Rachman, memprediksi peningkatan inflasi pada Maret 2025. Hal ini disebabkan berakhirnya program diskon tarif listrik pada akhir Februari 2025. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi bulanan 0,76 persen (mtm) pada Januari 2025, didorong terutama oleh program diskon tersebut. "Mungkin di Januari-Februari itu (inflasi) rendah, tetapi di Maret itu kemungkinan inflasi bisa melonjak," ujar Faisal dalam Media Briefing PIER Economic Review: FY 2024.
Faktor Utama Deflasi Januari 2025
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2025 berada di bawah target Bank Indonesia (BI), yaitu 1,5 persen. Deflasi 0,76 persen mtm pada Januari 2025 berbeda dari tren sebelumnya, di mana biasanya terjadi inflasi pada Januari akibat musim hujan yang meningkatkan harga pangan. Deflasi Januari 2025 disebabkan penurunan tajam harga yang diatur pemerintah (administered price), dengan deflasi bulanan mencapai 7,38 persen mtm. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi tahunan 8,75 persen yoy, berkontribusi pada deflasi sebesar 1,39 persen. Faisal menjelaskan, "Secara komponen, housing, water, electricity itu terkena di deflasi 8,75 persen secara year on year (yoy) di bulan Januari, karena faktor itu (diskon tarif listrik). Tetapi kalau kita menghilangkan itu, maka memang inflasi masih akan cenderung di atas 1,5 persen. Jadi memang ini purely mostly memang karena electricity."
Prospek Inflasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Dengan berakhirnya diskon listrik dan tanpa perpanjangan kebijakan, inflasi diperkirakan akan meningkat. Bulan Ramadan di Maret 2025 juga diperkirakan akan meningkatkan permintaan, sehingga turut mendorong inflasi. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada Januari 2025 masih mencatat inflasi 3,69 persen yoy, berkontribusi 1,07 persen pada inflasi. PermataBank memproyeksikan inflasi Indonesia 2025 di kisaran 2 persen.
Potensi inflasi impor (imported inflation) juga menjadi perhatian. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS meningkatkan biaya impor bahan baku, yang berpotensi menaikkan harga barang di tingkat konsumen. Faisal menilai ruang pemotongan suku bunga acuan BI (BI-Rate) ke depan terbatas karena tekanan global yang berlanjut, mengakibatkan capital outflow dan tekanan pada rupiah. Ia menambahkan, "Tetapi second round-nya kalau rupiah itu terus melemah, itu bisa memberikan imported inflation kepada sisi supply. Dan mungkin bisa di-pass through juga ke sisi konsumen, itu memberikan risiko."
Kesimpulan
Kesimpulannya, meskipun Januari 2025 mencatat deflasi, berakhirnya program diskon listrik berpotensi menyebabkan peningkatan inflasi pada Maret 2025. Faktor lain seperti bulan Ramadan dan potensi inflasi impor juga perlu dipertimbangkan. PermataBank memproyeksikan inflasi tahunan di angka 2 persen, namun tetap perlu diwaspadai potensi kenaikan inflasi akibat berbagai faktor tersebut.