Inovasi Sirup Kemangi: Petani Keren Lampung Sulap Daun Lalapan Jadi Minuman Kekinian, Wujudkan Pertanian 'Dari Ladang Sampai ke Meja'
Petani Keren Lampung berinovasi menciptakan Sirup Kemangi dari daun lalapan biasa. Bagaimana mereka mengubahnya menjadi produk bernilai tinggi yang menarik minat generasi muda?

Teriakan semangat "Dari ladang sampai ke meja" menggaung dari 31 generasi muda Lampung yang berkumpul di Gedung Kwarda Pramuka. Mereka adalah peserta pelatihan Petani Keren, sebuah program inovatif yang digagas oleh Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO). Pelatihan ini bertujuan untuk mendorong inovasi di bidang pertanian serta menarik minat generasi muda terhadap sektor vital ini.
Provinsi Lampung dipilih sebagai lokasi pelatihan intensif pertanian dan wirausaha tani ini karena merupakan rumah bagi populasi petani terbesar kelima di Indonesia, dengan jumlah mencapai 1,3 juta orang. Meskipun demikian, data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan bahwa hanya 25 persen petani di Lampung berusia 19-39 tahun, mengindikasikan gejala penuaan usia petani. Selain itu, hampir separuh petani belum mengadopsi teknologi modern dan masih menggunakan alat pertanian sederhana.
Selama 40 hari, para peserta Petani Keren mendapatkan pendidikan dan pelatihan lapangan yang komprehensif. Mereka mempelajari sistem pertanian inovatif, kewirausahaan, pemetaan potensi pasar produk pertanian, serta praktik pertanian ramah lingkungan dan berteknologi tinggi. Pelatihan ini juga mencakup mitigasi dampak perubahan iklim dan pengolahan tanaman menjadi produk bernilai tambah untuk membentuk agribisnis yang menguntungkan, semua demi menjadikan pertanian lebih menarik bagi anak muda.
Sirup Kemangi: Inovasi Produk Unggulan Petani Keren
Salah satu hasil nyata dari program Petani Keren adalah inovasi sirup kemangi, yang diperkenalkan oleh Agus Suprianto, seorang pemuda dari Kecamatan Ulubelu, Tanggamus. Sirup kemangi ini berbahan dasar daun kemangi, tanaman yang melimpah di Lampung dan selama ini hanya dikenal sebagai lalapan. Dengan sentuhan inovasi, daun kemangi berhasil disulap menjadi minuman segar dengan cita rasa layaknya daun mint, terutama saat disajikan dingin dengan sedikit madu.
Daun kemangi yang digunakan untuk sirup ini bukan sembarang daun, melainkan hasil dari permaculture, sebuah sistem pertanian berkelanjutan yang mengintegrasikan prinsip organik dengan pendekatan holistik. Proses pembuatannya melibatkan ekstraksi sari daun kemangi rebus, yang kemudian diperas dan disaring untuk memisahkan ampas dari cairan ekstrak. Komposisi sirup ini 100 persen sari daun kemangi rebus, menjadikannya produk alami dan sehat.
Agus dan rekan-rekan Petani Keren lainnya berkomitmen untuk membagikan ilmu pertanian, tata cara pengelolaan, hingga proses penjualan kepada warga desa masing-masing. Melalui koperasi desa, mereka berharap dapat mempermudah proses produksi dan pemasaran, termasuk pengurusan administrasi seperti izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sehingga masyarakat desa juga dapat memproduksi dan memasarkan produk serupa.
Meningkatkan Minat Generasi Muda di Sektor Pertanian
Kemahiran para pemuda dalam mengelola tanaman menjadi produk turunan yang unik tidak lepas dari peran Etih Suryatin, seorang seniman pangan yang dikenal luas karena kemampuannya mengolah berbagai bahan pangan alami. Para petani milenial ini diajarkan untuk mengidentifikasi sumber bahan pangan lokal, memanfaatkan tren pasar agrikultur, serta memetakan pasar dan inovasi produk sesuai standar keamanan pangan.
Lampung, dengan potensi rempah dan bahan pangan lokal yang melimpah, memiliki peluang besar untuk menghasilkan berbagai macam produk turunan. Hal ini mendukung ambisi Lampung sebagai provinsi gastronomi yang tersohor, dengan produk pangan lokal hasil petani muda yang tidak hanya lezat dan menarik, tetapi juga sehat dan layak dijadikan buah tangan. Tren hidup sehat saat ini mendorong permintaan akan minuman herbal, menjadikan sirup kemangi dan produk sejenis sangat relevan.
Kolaborasi antara seniman pangan dan petani milenial dalam mengelola bahan pangan lokal merupakan inovasi yang memperkuat rantai ekonomi produk lokal, membuka akses ke pasar yang lebih luas. Untuk lebih meningkatkan minat anak muda di sektor pertanian, FAO bersama pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan masuknya kurikulum pertanian ke dalam pendidikan formal. Rajendra Aryal, perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, menyatakan bahwa kurikulum ini akan mengenalkan pentingnya pertanian sejak dini, menumbuhkan ketertarikan sejak kanak-kanak. Meskipun belum diterapkan secara formal, pengenalan ini sementara akan dilakukan melalui ekstrakurikuler Pramuka.
Berbagai upaya ini dilakukan untuk menarik perhatian generasi muda agar lebih berani dan tertarik mengusahakan lahan pertanian. Tujuannya adalah menghasilkan beragam produk turunan pertanian untuk mendukung ekonomi desa, serta mengurangi keterpurukan sektor pertanian yang disebabkan oleh sumber daya manusia yang menua dan kurang mengaplikasikan teknologi pertanian modern.