Lampung Dorong Diversifikasi Ubi Kayu: Dari Mentah ke Mocaf Bernilai Ekspor
Pemerintah Provinsi Lampung mendorong diversifikasi ubi kayu menjadi produk bernilai tinggi seperti tepung mocaf untuk meningkatkan pendapatan petani dan perekonomian daerah, memanfaatkan potensi produksi ubi kayu Lampung yang melimpah.

Petani di Lampung didorong untuk beralih dari penjualan ubi kayu mentah ke produk turunan bernilai lebih tinggi. Inisiatif ini dipelopori oleh Pemerintah Provinsi Lampung, yang melihat potensi besar dalam pengolahan ubi kayu menjadi produk seperti tepung mocaf (modified cassava flour).
Meningkatkan Nilai Ekonomi Ubi Kayu
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Lampung, Evie Fatmawaty, menjelaskan bahwa diversifikasi ubi kayu menjadi mocaf dan produk lainnya jauh lebih menguntungkan daripada menjual ubi kayu mentah. "Sebenarnya ubi kayu ini dapat didiversifikasi menjadi berbagai produk turunan yang bernilai jual tinggi, seperti mocaf yang merupakan tepung sehat yang dijual cukup mahal, bisa mencapai Rp20 ribu per kilogram," ujarnya.
Provinsi Lampung, dikenal sebagai penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia. Pada tahun 2024, produksi ubi kayu mencapai 7,5 juta ton dari lahan seluas 254 ribu hektare. Produksi pada tahun 2023 juga mengalami peningkatan, mencapai 7,1 juta ton dari lahan 243 ribu hektare, naik dari 6,7 juta ton pada tahun 2022. Potensi produksi yang besar ini menjadi landasan utama program diversifikasi ini.
Dukungan Pemerintah dan Pengembangan Pasar
Pemerintah Provinsi Lampung aktif mendukung program diversifikasi ini dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memfasilitasi bantuan alat pembuatan tepung mocaf kepada industri kecil dan menengah (IKM). Bantuan ini sudah berjalan rutin di salah satu IKM binaan di Kabupaten Lampung Timur. Langkah ini bertujuan untuk mempermudah proses produksi dan meningkatkan kualitas produk.
Selain itu, pemasaran produk mocaf juga menjadi fokus perhatian pemerintah. "Offtaker (pemasok) untuk tepung mocaf ini sudah ada juga sebenarnya, tinggal mengubah pola pikir masyarakat serta petani agar mereka tidak menjual bahan mentah," kata Evie Fatmawaty. Tepung mocaf memiliki potensi pasar ekspor yang luas, sehingga pengembangannya sangat penting untuk meningkatkan pendapatan petani.
Hilirisasi Ubi Kayu dan Dampak Ekonomi
Hilirisasi ubi kayu, yaitu pengolahan ubi kayu menjadi produk turunan, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian desa. Proses pengolahan akan menyerap lebih banyak tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan industri pengolahan ubi kayu. "Melalui hilirisasi ubi kayu menjadi beragam produk, maka dapat membantu ekonomi desa bertumbuh makin baik karena adanya penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya industri pengolahan ubi kayu," jelas Evie Fatmawaty.
Program ini juga bertujuan untuk menstabilkan harga ubi kayu saat panen. Dengan mengolah ubi kayu menjadi produk bernilai tambah, petani tidak lagi bergantung pada harga pasar ubi kayu mentah yang fluktuatif. "Oleh karena itu kami akan coba bina lagi masyarakat dan petani agar mau mengelola ubi kayu ini menjadi produk turunan yang bernilai ekonomis, dan memperkuat hilirisasi ubi kayu agar saat panen harga tidak jatuh lagi," tambahnya.
Mocaf: Tepung Lokal Berkualitas Internasional
Menariknya, mocaf, meskipun namanya terdengar asing, sebenarnya merupakan inovasi dari Indonesia. Penelitian tepung mocaf pertama kali dilakukan pada tahun 2004 oleh para peneliti dari Universitas Jember, Jawa Timur, yaitu Prof. Ir. Achmad Subagio, M.Agr. Inovasi ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi dari bahan baku lokal.
Dengan demikian, program diversifikasi ubi kayu di Lampung tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga mendorong inovasi dan pengembangan produk lokal berdaya saing internasional. Langkah ini menjadi contoh nyata bagaimana pemanfaatan potensi lokal dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat.