Bapanas Dorong UMKM Pangan Lokal Bangkitkan Ekonomi Pedesaan
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendorong UMKM pangan lokal berbasis non-beras untuk meningkatkan ketahanan pangan dan perekonomian pedesaan, mengurangi ketergantungan beras, dan menciptakan lapangan kerja.

Jakarta, 13 Mei 2024 - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menginisiasi program untuk mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pangan lokal guna meningkatkan perekonomian pedesaan. Strategi ini difokuskan pada pengembangan produk olahan pangan non-beras, sebagai upaya diversifikasi pangan dan penguatan ketahanan pangan nasional. Inisiatif ini menjawab tantangan dominasi beras dalam konsumsi pangan nasional dan membuka peluang ekonomi baru di daerah pedesaan.
Arief menekankan pentingnya peran UMKM dalam menciptakan ekosistem pangan lokal yang berkelanjutan. "Salah satu langkah konkret dilakukan melalui dukungan kepada pelaku UMKM yang mengembangkan produk pangan berbahan baku non-beras, seperti singkong atau mocaf (modified cassava flour)," jelasnya. Pemberdayaan UMKM dinilai sebagai kunci untuk membangun ekonomi pedesaan yang mandiri dan berdaya saing.
Program ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada beras dan meningkatkan konsumsi pangan lokal lainnya. Hal ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan nilai ekonomi di pedesaan. Bapanas melihat potensi besar dalam pengembangan produk-produk non-beras, mengingat data konsumsi pangan nasional tahun 2024 menunjukkan dominasi beras yang masih sangat tinggi, yaitu 92 kg per kapita per tahun, sementara konsumsi singkong hanya 8,5 kg, kentang 2,5 kg, ubi jalar 3,1 kg, dan sagu 0,6 kg per kapita per tahun.
UMKM sebagai Ujung Tombak Pangan Lokal
Bapanas menyadari bahwa UMKM merupakan ujung tombak dalam pengembangan pangan lokal. Dengan memberikan dukungan dan pelatihan, UMKM diharapkan mampu memproduksi dan memasarkan produk-produk pangan non-beras dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Dukungan tersebut mencakup penyediaan peralatan pengolahan, pelatihan manajemen usaha, hingga akses pasar yang lebih luas.
Sebagai contoh, Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas, Andriko Noto Susanto, melakukan kunjungan kerja ke UMKM KWT Putri 21 di Gunungkidul, Yogyakarta, dan UMKM Mocafetela di Cilacap, Jawa Tengah. Kedua UMKM ini telah sukses berkolaborasi dengan pemerintah dalam mengembangkan produk pangan lokal berbasis singkong.
Andriko menjelaskan bahwa keberhasilan KWT Putri 21 dan Mocafetela menjadi model bagi UMKM lain. "Mereka memanfaatkan singkong dari petani lokal sebagai bahan baku utama, sehingga bukan hanya menekan biaya produksi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani. Produk mereka bahkan sudah dipasarkan ke luar daerah melalui platform digital,” ujarnya. Kolaborasi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan UMKM menjadi kunci keberhasilan program ini.
KWT Putri 21, misalnya, telah mendapatkan bantuan berupa peralatan pengolahan seperti mesin packing otomatis, mesin pengayak tepung, mesin pengemas vakum, oven listrik, oven gas, dan mesin penepung dari Bapanas. Dengan bantuan tersebut, produktivitas KWT Putri 21 meningkat signifikan, mampu memproduksi 1.500 pcs produk yang lebih bervariasi dan berkualitas, termasuk mi mocaf, dan beras analog yang kini tahan hingga dua tahun berkat mesin vakum.
Pentingnya Diversifikasi Pangan dan Kolaborasi Lintas Sektor
Bapanas meyakini bahwa dengan kolaborasi lintas sektor, pola konsumsi masyarakat dapat bergeser ke pangan lokal yang lebih beragam, sehat, dan berkelanjutan. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia untuk mengembangkan potensi pangan lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Program ini tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga pada aspek pemasaran dan distribusi. Bantuan akses pasar melalui platform digital, misalnya, sangat penting untuk menjangkau konsumen yang lebih luas dan meningkatkan daya saing produk UMKM. Dengan demikian, program ini diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian pedesaan dan ketahanan pangan nasional.
Keberhasilan program ini bergantung pada sinergi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah, lembaga penelitian, dan tentu saja UMKM itu sendiri. Komitmen dan kolaborasi yang kuat dari semua pihak sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program ini dan tercapainya tujuan yang diharapkan.