Juru Bahasa Isyarat Ungkap Rahasia di Balik Busana Gelapnya: Mengapa Hitam dan Biru Tua?
Juru bahasa isyarat (JBI) Ratih Dwi menjelaskan alasan penggunaan pakaian gelap saat bertugas, yaitu untuk meminimalisir gangguan visual bagi teman tuli agar fokus pada bahasa isyarat.

Jakarta, 5 Mei 2024 - Ratih Dwi, seorang juru bahasa isyarat (JBI) dari Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1 Jakarta, baru-baru ini mengungkapkan alasan di balik pilihan busana gelap, seperti hitam atau biru tua, yang ia kenakan saat bertugas. Penjelasannya memberikan wawasan menarik tentang pentingnya aksesibilitas dan inklusi bagi penyandang tunarungu.
Dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, Ratih menjelaskan bahwa pilihan warna gelap bertujuan untuk mengurangi gangguan visual bagi para audiens, terutama teman tuli. "Busana berwarna hitam bagi JBI saat bertugas berfungsi untuk mengurangi distraksi dari audiens. Kalau kita menggunakan pakaian yang bermotif, takutnya akan mengganggu fokus dari audiens yang merupakan Teman Tuli," ujarnya.
Lebih lanjut, Ratih menekankan bahwa dalam menyampaikan bahasa isyarat, fokus utama harus tertuju pada gerakan tangan JBI. Warna-warna cerah atau motif pakaian berpotensi mengalihkan perhatian, sehingga pesan yang disampaikan tidak tersampaikan secara optimal. Hal ini penting karena penyampaian bahasa isyarat tidak hanya mengandalkan gerakan tangan, tetapi juga ekspresi wajah yang perlu ditangkap dengan jelas oleh teman tuli.
Mengapa Warna Gelap? Mengurangi Distraksi Visual
Ratih menjelaskan bahwa pemilihan warna gelap seperti hitam dan biru tua merupakan strategi untuk meminimalisir distraksi visual bagi teman tuli. Warna-warna cerah dan motif yang mencolok dapat mengganggu konsentrasi mereka dalam memahami bahasa isyarat yang disampaikan. Hal ini sangat krusial karena bahasa isyarat sendiri mengandalkan ketepatan gerakan tangan dan ekspresi wajah.
Tidak hanya warna, Ratih juga memberikan saran agar JBI menghindari penggunaan aksesoris yang berlebihan. "Jadi, sebaiknya juga jangan memakai gelang, kalung, atau jam tangan yang berlebihan," tuturnya. Aksesoris yang mencolok dapat semakin mengalihkan perhatian teman tuli dari pesan utama yang disampaikan.
Pentingnya peran JBI dalam memastikan akses informasi yang inklusif juga ditekankan. Dengan menggunakan pakaian yang tepat, JBI dapat membantu teman tuli untuk memahami informasi dengan lebih efektif.
Peran JBI dan Inklusifitas
Peran juru bahasa isyarat semakin penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif. Kehadiran mereka memastikan bahwa teman tuli dapat mengakses informasi dengan setara. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yang menjamin layanan bahasa isyarat sebagai hak dasar.
JBI bertindak sebagai jembatan komunikasi antara teman tuli dan dunia luar. Mereka tidak hanya menerjemahkan bahasa lisan ke bahasa isyarat, tetapi juga memastikan konteks pesan tersampaikan dengan jelas dan akurat. Keahlian mereka sangat penting untuk memastikan kesetaraan akses informasi bagi teman tuli.
Secara sederhana, tugas JBI adalah menerjemahkan bahasa lisan ke bahasa isyarat dan sebaliknya. Mereka memastikan setiap kata atau frasa diterjemahkan dengan tepat agar informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh teman tuli.
Kesimpulan
Pilihan busana gelap oleh JBI, seperti yang dijelaskan Ratih Dwi, bukanlah sekadar soal penampilan. Ini adalah strategi penting untuk memastikan aksesibilitas dan inklusi bagi teman tuli. Dengan meminimalisir distraksi visual, JBI dapat menjalankan tugasnya secara efektif, memastikan informasi tersampaikan dengan jelas dan akurat.