Joko Anwar: Warna sebagai Jiwa Film, Bukan Sekadar Dekorasi
Sutradara Joko Anwar mengungkapkan pentingnya penggunaan warna dalam filmnya, seperti dalam "Pengepungan di Bukit Duri" dan "Pengabdi Setan", untuk menyampaikan suasana dan pesan yang mendalam.

Jakarta, 09/5 (ANTARA) - Sutradara kenamaan Indonesia, Joko Anwar, baru-baru ini mengungkapkan rahasia di balik kesuksesan film-filmnya: penggunaan warna yang strategis. Dalam sebuah acara New Balance Grey Days 2025 di Jakarta, Jumat lalu, Joko Anwar menjelaskan bagaimana ia kerap memanfaatkan unsur warna untuk membangun suasana dan menyampaikan pesan tersirat dalam setiap karyanya. Hal ini terlihat jelas dalam film-filmnya seperti "Pengepungan di Bukit Duri" dan "Pengabdi Setan".
Dalam film "Pengepungan di Bukit Duri", misalnya, Joko Anwar memilih palet warna abu-abu sebagai warna utama. "Kita menentukan color palette," ujarnya, "kalau bikin film dunianya ditentukan ya warna utamanya apa, kalau teman-teman lihat di film Pengepungan di Bukti Duri sekolahnya main colors-nya itu adalah shades of grey, jadi betul-betul grey dan turunan-turunannya." Pilihan warna ini bukan tanpa alasan; abu-abu, dengan nuansa kalem dan ‘tidak berisik’-nya, merepresentasikan keseimbangan dan kesetaraan peran karakter dalam film tersebut, tanpa ada yang menonjol secara berlebihan.
Penggunaan warna abu-abu ini juga bukan hanya sebatas elemen visual semata. Bagi Joko Anwar, warna abu-abu menjadi ‘jiwa’ dari film itu sendiri. Ia juga menerapkan filosofi yang sama dalam film horornya, "Pengabdi Setan". Dengan meminimalkan penggunaan efek ‘jumpscare’ yang berlebihan, Joko Anwar menciptakan suasana mencekam yang lebih mendalam dan berkesan, sejalan dengan palet warna yang dipilihnya.
Warna sebagai Bahasa Visual
Joko Anwar menekankan bahwa pemilihan warna dalam filmnya bukan sekadar untuk mempercantik visual, melainkan sebagai alat untuk menyampaikan pesan dan membangkitkan emosi penonton. Warna abu-abu, yang seringkali dianggap monoton, justru menjadi pilihan yang tepat untuk menyampaikan pesan tertentu. Warna ini, menurut Joko Anwar, mampu menciptakan suasana yang tenang namun penuh makna, membuat penonton lebih fokus pada cerita dan pesan yang ingin disampaikan.
Lebih lanjut, Joko Anwar menjelaskan bahwa penggunaan warna abu-abu juga merefleksikan kepribadiannya. Ia mengaku sering mengenakan pakaian berwarna abu-abu dalam kehidupan sehari-hari. Baginya, abu-abu adalah pernyataan gaya yang sederhana namun bermakna: "Menurut aku grey is a statement, bahwa This is me, nggak perlu tampil mencolok seperti shiny objects tapi say a lot of things, kayak film-film yang coba dibikin setiap saat," katanya.
Penggunaan warna yang tepat, menurut Joko Anwar, mampu menciptakan suasana yang tepat dan menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Warna bukan hanya sebagai elemen estetika, tetapi juga sebagai bahasa visual yang kaya makna dan mampu bercerita.
Lebih dari Sekadar Estetika
Joko Anwar juga menyampaikan bahwa ia merasa beruntung dapat menggunakan karyanya sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan sosial yang penting, seperti isu kekerasan pada anak. Film-filmnya seringkali memicu diskusi dan perdebatan di kalangan penonton, menunjukkan bahwa penggunaan warna yang tepat dapat meningkatkan dampak pesan yang ingin disampaikan.
Sebagai penutup, Joko Anwar menekankan bahwa warna dalam film bukanlah sekadar elemen dekoratif. Pemilihan warna yang tepat dapat meningkatkan kualitas film secara keseluruhan, baik dari segi estetika maupun pesan yang disampaikan. Penggunaan warna yang strategis, seperti yang dilakukan oleh Joko Anwar, membuktikan bahwa warna dapat menjadi elemen kunci dalam kesuksesan sebuah film.
Ia berharap, ke depannya, lebih banyak sineas Indonesia yang memperhatikan penggunaan warna dalam film mereka, tidak hanya sebagai elemen estetika, tetapi juga sebagai alat untuk menyampaikan pesan yang lebih efektif dan bermakna.