Kajian NLR: Dampak Perubahan Iklim terhadap Disabilitas di Ternate
NLR Indonesia, IKDM Ternate, dan UII Yogyakarta berkolaborasi dalam FGD yang mengkaji dampak perubahan iklim terhadap anak dan remaja penyandang disabilitas di Ternate, menekankan pentingnya kebijakan inklusif dalam mitigasi dan adaptasi.
![Kajian NLR: Dampak Perubahan Iklim terhadap Disabilitas di Ternate](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/06/230149.078-kajian-nlr-dampak-perubahan-iklim-terhadap-disabilitas-di-ternate-1.jpg)
Kota Ternate, Maluku Utara, menjadi lokasi Focus Group Discussion (FGD) penting yang membahas dampak perubahan iklim terhadap anak dan remaja penyandang disabilitas. Inisiatif kolaboratif ini digagas oleh NLR Indonesia, Ikatan Keluarga Disabilitas Makugawene (IKDM) Kota Ternate, dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada 6 Februari 2024. Kajian ini menyoroti sebuah isu krusial: bagaimana perubahan iklim secara spesifik mempengaruhi kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas, khususnya anak-anak dan remaja.
Kebijakan Inklusif dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Ketua IKDM Kota Ternate, Risal Assor, mengungkapkan rasa senang atas kolaborasi ini. Menurutnya, kajian ini menunjukkan peningkatan perhatian terhadap suara dan kebutuhan penyandang disabilitas dalam kebijakan publik, terutama dalam konteks perubahan iklim. "Kami sangat senang dengan adanya kolaborasi ini. Ini membuktikan bahwa hak-hak penyandang disabilitas mulai diperhitungkan dalam kebijakan yang lebih luas, termasuk dalam mitigasi dampak perubahan iklim," katanya.
FGD yang berlangsung di Aula Kantor Walikota Ternate dihadiri oleh perwakilan dari 15 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan sejumlah LSM yang fokus pada perubahan iklim, anak dan remaja, disabilitas, serta kusta. Partisipasi multi-stakeholder ini menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam mengatasi tantangan kompleks yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.
Metodologi Penelitian yang Komprehensif
Penelitian NLR Indonesia ini menggunakan pendekatan komprehensif. Metodologi yang digunakan meliputi studi literatur, survei, wawancara dengan pemangku kepentingan, diskusi terfokus, dan observasi lapangan di wilayah terdampak. Tujuannya adalah untuk memahami secara mendalam bagaimana perubahan iklim mempengaruhi anak-anak dan remaja penyandang disabilitas, termasuk mereka yang mengalami kusta.
Komitmen Pemerintah Daerah dan Visi Inklusif
Walikota Ternate, Muhammad Tauhid Soleman, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menciptakan kota yang inklusif dan tangguh terhadap perubahan iklim. "Pemerintah Kota Ternate berkomitmen untuk mewujudkan kota yang inklusif dan berketahanan iklim. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat sipil dan akademisi, sangat penting dalam memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan benar-benar responsif terhadap kebutuhan semua kelompok masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dengan disabilitas dan penderita kusta," ujarnya.
Koordinator Anak dan Remaja Disabilitas NLR Indonesia, Fahmi Arizal, menambahkan bahwa organisasi tersebut tidak hanya fokus pada penanggulangan kusta, tetapi juga memperhatikan dampak perubahan iklim terhadap kelompok rentan. "Penelitian ini menjadi bukti nyata bahwa perubahan iklim harus dihadapi dengan pendekatan inklusif. Kita harus memastikan bahwa tidak ada satu kelompok pun yang tertinggal dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim," ungkapnya.
Temuan dan Rekomendasi Kebijakan
Ikrom Mustofa, Dosen Teknik Lingkungan UII Yogyakarta dan periset utama, menjelaskan bahwa riset ini bertujuan untuk memahami dampak spesifik perubahan iklim terhadap anak-anak dan remaja dengan disabilitas. "Isu anak, disabilitas, dan kusta menjadi titik fokus dalam penelitian ini. Temuan dari riset ini diharapkan dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan pemerintah daerah, sehingga mampu memperkuat ketahanan komunitas terhadap dampak perubahan iklim," jelasnya.
FGD tersebut menghasilkan identifikasi sejumlah tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dan remaja dengan disabilitas di Kota Ternate, termasuk akses terhadap layanan dasar, pendidikan, dan perlindungan dari risiko bencana akibat perubahan iklim. Diskusi interaktif antara pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat sipil ini menjadi langkah penting dalam merumuskan solusi yang tepat.
Pendekatan Tiga Zero dan Kolaborasi Multi-Pihak
Penelitian ini sejalan dengan visi NLR Indonesia untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, tanpa stigma dan diskriminasi. Dengan menggunakan pendekatan Tiga Zero – Zero Transmission (Nihil Penularan), Zero Disability (Nihil Disabilitas), dan Zero Exclusion (Nihil Eksklusi) – NLR Indonesia berkomitmen mendukung kelompok rentan dalam berbagai aspek, termasuk menghadapi perubahan iklim.
Dukungan penuh dari Pemerintah Kota Ternate, IKDM, dan UII Yogyakarta terhadap penelitian ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi multi-pihak dalam membangun kota yang inklusif dan berketahanan iklim. Kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan kebijakan yang lebih responsif dan efektif dalam melindungi kelompok rentan dari dampak perubahan iklim.