Perubahan Iklim: Dampaknya pada Kesehatan Mental Perempuan, Menurut PPI
Pita Putih Indonesia (PPI) menyoroti dampak perubahan iklim terhadap kesehatan mental perempuan dan anak, mendesak kolaborasi untuk meningkatkan akses layanan kesehatan dan edukasi.

Jakarta, 13 Mei 2024 - Perubahan iklim bukan hanya ancaman bagi lingkungan, tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan mental dan fisik perempuan serta anak-anak di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Pita Putih Indonesia (PPI), Giwo Rubianto Wiyogo, dalam peringatan HUT ke-26 PPI di Jakarta. Pernyataan tersebut menjawab pertanyaan siapa (Ketua Umum PPI), apa (dampak perubahan iklim), dimana (Jakarta), kapan (13 Mei 2024), mengapa (dampak kesehatan mental perempuan dan anak), dan bagaimana (melalui kerjasama berbagai pihak).
Giwo menekankan bahwa cuaca ekstrem dan tidak menentu akibat perubahan iklim turut memengaruhi kesehatan reproduksi, kehamilan, meningkatkan penyakit tidak menular, dan yang paling memprihatinkan, kesehatan mental perempuan dan anak. Dampak ini seringkali luput dari perhatian, namun perlu mendapat penanganan serius.
"Tanpa kita sadari, perubahan iklim berdampak pada kesehatan perempuan dan anak. Cuaca yang tidak menentu maupun suhu ekstrem yang berkepanjangan berdampak pada kesehatan reproduksi, kehamilan, penyakit tidak menular, hingga kesehatan mental perempuan dan anak," ujar Giwo.
Peran Pemerintah dan Kolaborasi Multipihak
Menanggapi tantangan ini, Giwo menyerukan perlunya kolaborasi erat antara pemerintah dan berbagai pihak. Upaya peningkatan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas menjadi kunci. Selain itu, penguatan ketahanan pangan dan edukasi publik mengenai dampak perubahan iklim juga sangat penting untuk melindungi kesehatan perempuan dan anak.
Pemerintah, menurut Giwo, perlu mengambil peran aktif dalam menyediakan sumber daya dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung akses layanan kesehatan, terutama di daerah-daerah terpencil yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Edukasi publik yang komprehensif juga krusial untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tantangan ini.
Kolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta juga sangat diperlukan untuk memperluas jangkauan program kesehatan dan edukasi. Dengan sinergi yang kuat, upaya perlindungan kesehatan perempuan dan anak akibat perubahan iklim dapat lebih efektif.
Inisiatif PPI: Gerakan Ibu Bangsa
Dalam peringatan HUT-nya, PPI juga menegaskan komitmennya untuk melanjutkan inisiatif Gerakan Ibu Bangsa dalam penuntasan masalah stunting. Gerakan ini, yang telah berjalan selama empat tahun, telah mendapatkan respons positif dari pemerintah dan masyarakat luas.
Inisiatif ini kemudian diadopsi pemerintah dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara PPI dan pemerintah dapat menghasilkan program-program yang berdampak positif bagi masyarakat.
PPI berkomitmen untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan keberlanjutan program-program yang telah dijalankan dan untuk mengembangkan program-program baru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Sejarah dan Visi PPI
Berdiri sejak tahun 1999, PPI didirikan untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang dihadapi perempuan dan anak di Indonesia, seperti angka kematian ibu dan bayi yang tinggi, prevalensi anemia dan malnutrisi, tingkat penggunaan kontrasepsi yang rendah, dan perkawinan anak.
PPI memiliki visi untuk memastikan setiap perempuan dan anak di Indonesia memiliki akses terhadap layanan kesehatan reproduksi yang berkualitas. Organisasi ini berkomitmen untuk berkontribusi dalam menurunkan angka kematian ibu, angka kematian neonatal, dan angka kematian anak di bawah lima tahun hingga tahun 2030 melalui kampanye dan edukasi kesehatan reproduksi serta hak-hak perempuan dan anak.
“PPI bercita-cita agar semua perempuan dan anak menyadari hak mereka atas kesehatan yang berkualitas,” kata Giwo.
Dengan komitmen yang kuat dan kolaborasi yang berkelanjutan, PPI berharap dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan dan anak di Indonesia, termasuk dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.