Kasus HIV di Mabar Melonjak 167%, Pemkab Imbau Warga Rutin Lakukan Tes VCT HIV
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat mengimbau warganya untuk rutin melakukan Tes VCT HIV guna deteksi dini, menyusul lonjakan kasus yang signifikan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), secara serius mengimbau seluruh lapisan masyarakat untuk aktif dan teratur dalam melakukan tes voluntary counselling and testing (VCT) HIV. Langkah proaktif ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV secara dini, terutama bagi individu yang memiliki riwayat perilaku berisiko tinggi. Deteksi awal sangat krusial karena memungkinkan penanganan medis segera dan secara efektif dapat memutus rantai penularan virus.
Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Barat, Adrianus Ojo, pada Jumat (1/8), menegaskan bahwa deteksi dini ini adalah kunci utama dalam upaya pencegahan. Data menunjukkan adanya peningkatan signifikan kasus HIV dan AIDS di wilayah tersebut, dengan total 147 kasus baru ditemukan sejak tahun 2023 hingga Juli 2025. Lonjakan kasus ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah dalam menjaga kesehatan masyarakat.
Selain kelompok berisiko, ibu hamil juga sangat dianjurkan untuk menjalani tes HIV sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin. Apabila hasil tes menunjukkan positif HIV, pengobatan Antiretroviral (ARV) dapat segera diberikan. Terapi ARV terbukti sangat efektif dalam mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya, sehingga melindungi generasi mendatang dari dampak virus ini.
Lonjakan Kasus HIV di Manggarai Barat
Data terbaru dari Dinas Kesehatan Manggarai Barat mengungkapkan tren peningkatan kasus HIV dan AIDS yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2023, tercatat 43 kasus baru HIV dan AIDS. Angka ini melonjak drastis pada tahun 2024, mencapai 72 kasus, yang merepresentasikan peningkatan sebesar 167 persen dari tahun sebelumnya.
Tren peningkatan ini berlanjut pada tahun 2025, dengan 32 kasus baru yang telah ditemukan hingga bulan Juli. Adrianus Ojo menyatakan bahwa angka ini masih berpotensi untuk terus meningkat atau setidaknya menyamai data tahun sebelumnya, mengingat data Juli 2025 sudah mencapai 44 persen dari total kasus 2024.
Pengendalian penularan HIV dan AIDS di Manggarai Barat berlandaskan pada kebijakan pemerintah pusat yang komprehensif. Kebijakan ini mencakup empat pilar utama: upaya promotif untuk meningkatkan kesadaran, preventif untuk mencegah penularan, kuratif untuk pengobatan, dan rehabilitatif untuk pemulihan dan dukungan bagi penderita.
Pentingnya Deteksi Dini dan Akses Pelayanan
Penentuan dan penetapan jumlah sasaran populasi berisiko serta populasi kunci menjadi fokus utama dalam strategi deteksi. Jenis layanan tes yang disediakan meliputi tes VCT (Voluntary Counselling and Testing) yang bersifat sukarela, serta tes HIV atas inisiatif pemberi pelayanan kesehatan atau Provider-Initiated Testing and Counseling (PITC).
Seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Manggarai Barat diwajibkan untuk melakukan tes atau skrining HIV dan AIDS. Layanan ini tersedia bagi individu yang datang langsung ke fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan petugas kesehatan ke masyarakat. Ini memastikan akses yang lebih luas terhadap deteksi dini.
Apabila hasil tes menunjukkan reaktif atau positif HIV, pasien akan segera dirujuk ke RSUD Komodo. Rumah sakit ini berfungsi sebagai Unit Perawatan dan Pengobatan yang menyediakan pelayanan kesehatan lanjutan serta akses terhadap obat Antiretroviral (ARV), yang esensial untuk mengobati infeksi HIV.
Selain RSUD Komodo, beberapa Puskesmas seperti Puskesmas Labuan Bajo, Puskesmas Pacar, Puskesmas Golo Welu, dan Puskesmas Wae Nakeng juga dipersiapkan sebagai Unit Pengobatan dan Perawatan. Tujuan dari pengembangan unit-unit ini adalah untuk mendekatkan pelayanan bagi penderita HIV, khususnya mereka yang telah positif, sehingga mereka dapat lebih mudah mengakses perawatan dan dukungan yang dibutuhkan. Meskipun RSUD Komodo saat ini masih menjadi unit yang paling aktif, persiapan sumber daya manusia kesehatan terus dilakukan untuk mengaktifkan unit-unit lainnya.