Kebakaran Glodok Plaza: Kepahlawanan Petugas Damkar dan Hikmah di Baliknya
Kebakaran Glodok Plaza menyoroti kepahlawanan petugas pemadam kebakaran, duka mendalam keluarga korban, dan pentingnya sistem proteksi kebakaran yang memadai di gedung-gedung Jakarta.

Kepahlawanan di Tengah Api
Insiden kebakaran di Glodok Plaza, Jakarta Barat pada 15 Januari 2024 lalu, menyisakan kisah heroik sekaligus duka mendalam. Petugas pemadam kebakaran berjuang selama lebih dari empat hari, bahkan hingga proses evakuasi jenazah korban selesai (lebih dari 14 hari). Bayangkan, tiga petugas keluar dari gedung dengan seragam gosong, wajah pucat dan basah, melangkah berat melewati genangan air sisa pemadaman. Mereka adalah contoh nyata pengorbanan dan kepahlawanan dalam menjalankan tugas.
Salah satu petugas bahkan terlihat hampir kehabisan oksigen, namun segera kembali bertugas setelah mendapat bantuan oksigen dari petugas PMI. Petugas lain yang mengalami luka bakar di kaki juga langsung kembali ke lokasi kebakaran setelah mendapat pertolongan pertama. Mereka adalah contoh nyata dedikasi dan profesionalisme yang patut diacungi jempol.
Duka yang Mendalam
Di sisi lain, kebakaran ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban. Banyak keluarga yang setia menunggu di lokasi kejadian selama proses pemadaman dan evakuasi jenazah berlangsung. Momen haru terjadi saat mobil milik korban Oshima Yukari dievakuasi. Bibi korban tak kuasa menahan tangis melihat mobil tersebut, mengingat kenangan Oshima yang sering menggunakan mobil itu. Keluarga korban lainnya seperti Jauhari juga setia menunggu kabar istrinya, Ade Aryati yang bekerja di Glodok Plaza.
Korban yang Tak Terlihat
Tragedi ini juga menyoroti pengorbanan para petugas pemadam kebakaran, petugas BPBD, kepolisian, dan PMI. Mereka menghadapi risiko tinggi, termasuk reruntuhan gedung dan bahaya lainnya. Selain nyawa manusia, kebakaran juga mengakibatkan kerugian material yang besar bagi para pemilik usaha di Glodok Plaza yang barang dagangannya rusak atau hilang. Ini menjadi kerugian yang cukup besar terutama bagi mereka yang tidak memiliki asuransi.
Sistem Proteksi Kebakaran: PR Besar Jakarta
Kebakaran Glodok Plaza juga mengungkap kekurangan sistem proteksi kebakaran di gedung tersebut. Plt Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Satriadi Gunawan, menyatakan keterlambatan informasi dan sistem proteksi yang tidak memadai menyebabkan pemadaman berlangsung lama. Faktanya, 694 gedung bertingkat di DKI Jakarta belum memenuhi syarat proteksi kebakaran, termasuk Glodok Plaza yang berdasarkan data 2023 dinyatakan tidak memenuhi syarat proteksi aktif dan pasif.
Data Dinas Gulkarmat DKI Jakarta mencatat, hingga 23 Desember 2024, telah terjadi 1.888 kebakaran di Jakarta. Ini menunjukkan betapa pentingnya meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan akan bahaya kebakaran, serta memperbaiki sistem proteksi kebakaran di gedung-gedung di Jakarta.
Langkah Konkret ke Depan
Kejadian ini seharusnya menjadi momentum bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran. Pemilik gedung harus bertanggung jawab memastikan sistem proteksi kebakaran di gedung mereka memadai. Pemerintah juga harus tegas dalam menegakkan aturan dan memberikan sanksi bagi gedung yang melanggar aturan keselamatan kebakaran. Keselamatan bersama adalah tanggung jawab bersama.
Bukan hanya simpati, namun aksi nyata dalam meningkatkan keamanan dan keselamatan di lingkungan sekitar sangat dibutuhkan. Mulai dari memeriksa instalasi listrik, memastikan kompor gas mati setelah digunakan, hingga memahami prosedur evakuasi di tempat kerja maupun rumah tinggal. Semoga tragedi Glodok Plaza menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.