Kegigihan Nelayan Takalar Hadapi Musim Barat: Antara Paceklik dan Asa
Nelayan Takalar berjuang menghadapi musim barat dengan segala tantangannya, berupaya bertahan di tengah paceklik dan berharap bantuan pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
![Kegigihan Nelayan Takalar Hadapi Musim Barat: Antara Paceklik dan Asa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/31/000128.321-kegigihan-nelayan-takalar-hadapi-musim-barat-antara-paceklik-dan-asa-1.jpg)
Siapa, apa, kapan, dimana? Pukul 02.15 WITA, Hamada Daeng Tangnga, nelayan Desa Lanna, Takalar, Sulawesi Selatan, masih menunggu reda angin kencang sebelum melaut. Musim barat, yang berlangsung Oktober hingga April, membawa angin kencang dan hujan, membuat nelayan kesulitan mencari ikan. Kisah Daeng Tangnga menggambarkan perjuangan nelayan Takalar menghadapi paceklik di musim ini.
Mengapa dan bagaimana? Angin muson barat, yang berhembus dari Asia ke Australia, memicu musim hujan dan gelombang tinggi. Kondisi ini memaksa nelayan seperti Daeng Tangnga untuk membatasi aktivitas melaut, hanya dua hari dalam seminggu. Mereka mengandalkan pengalaman dan prakiraan cuaca BMKG, tetapi tetap menghadapi risiko. Tidak sedikit nelayan yang harus menjual harta benda atau berhutang dengan bunga tinggi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Baco Daeng Ngago, misalnya, terpaksa meminjam beras dengan harga lebih mahal daripada harga pasaran.
Kondisi Nelayan Takalar: Berdasarkan data Januari 2024, terdapat 9.772 nelayan di Takalar dengan 4.269 unit kapal. Berbagai jenis nelayan dengan metode penangkapan berbeda-beda, ada yang melaut harian, ada pula yang hingga berminggu-minggu di laut. Sebagian besar memasarkan hasil tangkapan di TPI Beba, Galesong Utara. Produksi perikanan tangkap Takalar tahun lalu mencapai Rp687 miliar lebih dengan produksi 25.165 ton. Selain nelayan, terdapat juga pembudidaya ikan, petambak garam, pengolah ikan, dan pemasar ikan.
Bantuan pemerintah: Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Takalar, Baso Sau, menyatakan belum ada bantuan khusus untuk musim barat. Namun, pemerintah rutin memberikan bantuan sarana dan prasarana seperti perahu, mesin, dan alat tangkap. Pemerintah juga memfasilitasi solar bersubsidi, pelatihan, dan program penanganan kemiskinan ekstrem serta stunting di kalangan keluarga nelayan. Contohnya, bantuan perahu fiber telah diberikan kepada 12 nelayan KUB Assamaturu, Desa Galesong Baru.
Kesimpulan: Nelayan Takalar menunjukkan keuletan luar biasa dalam menghadapi musim barat. Mereka berjuang keras di tengah paceklik, mengandalkan pengalaman dan informasi cuaca. Dukungan pemerintah berupa bantuan sarana dan prasarana, serta program-program lain, sangat penting untuk membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan dan mengurangi dampak paceklik di musim barat.