Kejari Garut Musnahkan Barang Bukti 78 Kasus Kejahatan
Kejari Garut memusnahkan barang bukti dari 78 kasus kejahatan, termasuk narkoba dan miras, yang telah berkekuatan hukum tetap dari pengadilan, guna mencegah penyalahgunaan dan peredaran kembali.

Kejaksaan Negeri (Kejari) Garut, Jawa Barat, baru-baru ini memusnahkan barang bukti dari 78 kasus kejahatan. Pemusnahan barang bukti yang meliputi berbagai jenis kejahatan seperti pencurian, pembunuhan, dan kasus narkoba ini berlangsung pada Kamis di Kantor Kejari Garut. Pemusnahan ini mencakup barang bukti yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dari Pengadilan Negeri Kabupaten Garut, periode Oktober 2024 hingga Januari 2025.
Kepala Kejari Garut, Helena Octavianne, menjelaskan bahwa pemusnahan barang bukti ini merupakan langkah penting. "Kalau memang sudah dirampas oleh negara kemudian harus dimusnahkan maka kami musnahkan hari ini," tegas Helena usai proses pemusnahan. Proses ini memastikan barang bukti tidak akan disalahgunakan atau kembali beredar di masyarakat.
Barang bukti yang dimusnahkan cukup beragam. Terdapat sekitar lima ribu botol minuman keras berbagai merek (tepatnya 5.945 botol), sejumlah narkotika dan psikotropika, senjata tajam, dan berbagai barang bukti lainnya yang terkait dengan kasus-kasus tersebut. Semua barang bukti ini telah melalui proses hukum dan memiliki kekuatan hukum tetap.
Helena menekankan pentingnya pemusnahan barang bukti, khususnya dalam kasus narkoba. "Ini harus dimusnahkan, bukan dijualbelikan kembali, diedarkan kembali. Ini kami musnahkan agar tidak ada lagi praktik penjualan maupun penyalahgunaan, terutama narkoba," jelasnya. Langkah ini bertujuan untuk mencegah peredaran kembali barang-barang terlarang dan melindungi masyarakat.
Data menunjukkan mayoritas kasus yang barang buktinya dimusnahkan berasal dari kasus penyalahgunaan narkoba dan peredaran minuman keras ilegal. Selain 5.945 botol miras, juga dimusnahkan sekitar enam ribu pil obat-obatan terlarang. Jumlah barang bukti yang signifikan ini mencerminkan tingginya angka kejahatan di wilayah tersebut.
Dari 78 kasus yang ditangani, kasus narkotika dan psikotropika mendominasi. "Dari 78 perkara, kasus paling banyak adalah narkotika dan psikotropika. Narkotika ini berbahaya," ungkap Helena. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya masalah penyalahgunaan narkoba di Garut dan perlunya penanganan yang lebih intensif.
Pemusnahan barang bukti ini menjadi bukti komitmen Kejari Garut dalam memberantas kejahatan dan melindungi masyarakat. Proses ini juga menunjukkan pentingnya penegakan hukum yang tegas dan konsisten dalam menangani berbagai kasus kejahatan, khususnya yang berkaitan dengan narkoba dan miras.