Kejati Jambi Sukses Terapkan Keadilan Restoratif pada 29 Perkara
Kejaksaan Tinggi Jambi berhasil menyelesaikan 29 kasus pidana lewat keadilan restoratif sepanjang 2024 dan awal 2025, mencakup kejahatan terhadap harta benda dan orang, dengan total kerugian di bawah Rp2,5 juta dan ancaman hukuman kurang dari 5 tahun.

Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jambi berhasil membereskan 27 perkara lewat jalur keadilan restoratif sepanjang tahun 2024. Kabar baik ini disampaikan langsung oleh Asisten Bidang Tindak Pidana Umum (Aspidum) Kejati Jambi, Reza Fachlewi Junus, di Jambi pada Kamis lalu. Prestasi ini menunjukkan komitmen Kejati Jambi dalam memberikan solusi alternatif penyelesaian perkara yang lebih humanis.
Program restorative justice atau keadilan restoratif ini terbukti efektif dalam menyelesaikan 27 kasus pidana di berbagai wilayah hukum Kejati Jambi. Wilayah ini mencakup 10 Kejaksaan Negeri dan dua Cabang Kejaksaan. Dengan demikian, proses penuntutan dihentikan dan tidak sampai ke pengadilan. Hal ini menunjukkan efisiensi dan efektivitas sistem peradilan yang diterapkan.
Jenis perkara yang diselesaikan beragam, namun didominasi oleh kasus kejahatan terhadap orang dan harta benda. Pencurian dan penganiayaan menjadi jenis kasus yang paling banyak diselesaikan melalui mekanisme ini. Keberhasilan ini menandakan fleksibilitas keadilan restoratif dalam menangani berbagai macam pelanggaran hukum.
Penerapan keadilan restoratif ini tentu memiliki syarat. Salah satu syarat utamanya adalah kemauan dari korban untuk memaafkan pelaku. Selain itu, kerugian materiil yang ditimbulkan tidak boleh lebih dari Rp2,5 juta dan ancaman hukumannya harus di bawah lima tahun. Syarat-syarat ini memastikan keadilan restoratif diterapkan secara tepat dan proporsional.
Reza Fachlewi Junus menambahkan, "Selama 2024 di wilayah hukum Kejati, dari 10 satker kejaksaan negeri dan dua cabang kejaksaan negeri, kami sudah lakukan RJ untuk 27 perkara. Perkara yang dominan adalah kejahatan orang dan harta benda seperti pencurian dan penganiayaan, yang telah diselesaikan secara keadilan restoratif."
Tren positif ini berlanjut hingga awal tahun 2025. Tercatat, dua kasus lagi telah diselesaikan melalui jalur keadilan restoratif. Satu kasus terkait pelanggaran lalu lintas di Tanjung Jabung Timur, dan satu lagi kasus narkoba di Muaro Jambi. Ini menunjukan konsistensi Kejati Jambi dalam menerapkan program keadilan restoratif.
Kesimpulannya, penerapan keadilan restoratif oleh Kejati Jambi menunjukkan hasil yang signifikan. Sebanyak 29 kasus berhasil diselesaikan dengan cara yang lebih damai dan humanis, membuktikan efektifitas pendekatan ini dalam sistem peradilan Indonesia. Ke depan, diharapkan lebih banyak lagi kasus yang bisa diselesaikan melalui jalur ini, demi terciptanya peradilan yang lebih berkeadilan dan restorative.