Kekeringan di Dua Desa Bima NTB Akibat Pompa Air Rusak, 370 Jiwa Terdampak
Rusaknya mesin pompa air menyebabkan kekeringan di Desa Tenga dan Kalampa, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, NTB, dan berdampak pada 370 jiwa.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Kekeringan melanda dua desa di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya di Desa Tenga dan Kalampa, Kecamatan Woha, pada Sabtu, 26 April 2024. Penyebabnya adalah kerusakan mesin pompa air yang mengakibatkan 128 kepala keluarga atau sekitar 370 jiwa kesulitan mendapatkan air bersih. BNPB melaporkan kejadian ini dan mengkonfirmasi bahwa BPBD Kabupaten Bima telah mendistribusikan bantuan air bersih. Kerusakan pompa air menghambat pasokan air bersih bagi warga, sehingga menimbulkan dampak yang signifikan bagi kehidupan masyarakat setempat.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya pemeliharaan infrastruktur air bersih di daerah rawan kekeringan. Kerusakan mesin pompa air bukan hanya mengganggu akses air bersih, tetapi juga berdampak pada kesehatan dan aktivitas ekonomi masyarakat. Kejadian ini juga mengingatkan kita akan pentingnya antisipasi dan mitigasi bencana kekeringan, terutama di wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim.
BNPB, melalui Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan, Abdul Muhari, menyatakan bahwa meskipun bantuan air bersih telah didistribusikan, koordinasi dengan BPBD setempat akan terus dilakukan untuk memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi. Selain itu, BNPB juga mendorong percepatan perbaikan infrastruktur air di wilayah tersebut untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Hal ini sangat penting mengingat dinamika peralihan musim dan dinamika atmosfer yang dapat mempengaruhi ketersediaan air.
Dampak Kekeringan dan Upaya Penanganan
Masyarakat di Desa Tenga dan Kalampa mengalami kesulitan yang signifikan dalam mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari akibat rusaknya mesin pompa air. Kondisi ini memaksa mereka untuk mencari sumber air alternatif yang mungkin tidak higienis dan berisiko terhadap kesehatan. Dampaknya meluas ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesulitan memasak, mencuci, hingga menjaga kebersihan diri.
Beruntung, BPBD Kabupaten Bima bergerak cepat dengan mendistribusikan bantuan air bersih kepada warga terdampak. Distribusi air bersih dilakukan secara proporsional untuk memastikan ketersediaan air bagi seluruh warga yang membutuhkan. Respon cepat ini membantu meringankan beban masyarakat dan mencegah dampak yang lebih buruk.
Meskipun situasi sudah mulai teratasi, BNPB menekankan pentingnya perbaikan infrastruktur air di wilayah tersebut. Perbaikan infrastruktur ini akan menjadi solusi jangka panjang untuk mencegah kejadian serupa di masa depan dan memastikan akses air bersih yang berkelanjutan bagi masyarakat.
"Masyarakat di dua desa tersebut mengalami kesulitan memperoleh air bersih," kata Abdul Muhari.
Antisipasi Kekeringan di Masa Mendatang
Kejadian kekeringan di Kabupaten Bima bukanlah yang pertama kali. Pada Oktober 2024, kekeringan yang lebih luas melanda 25 desa di 15 kecamatan, dengan Kecamatan Palibelo sebagai wilayah terdampak terparah. Saat itu, sekitar 11.015 jiwa mengalami kesulitan air bersih, dan BPBD Kabupaten Bima bersama lembaga non-pemerintah mendistribusikan air bersih menggunakan enam hingga tujuh mobil tangki setiap hari.
Pengalaman sebelumnya menunjukkan pentingnya langkah antisipatif untuk menghadapi potensi kekeringan di masa mendatang. Perbaikan infrastruktur, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan edukasi kepada masyarakat tentang konservasi air menjadi kunci untuk mengurangi dampak kekeringan. Pentingnya koordinasi dan kolaborasi antar lembaga pemerintah dan masyarakat sipil juga sangat krusial dalam penanggulangan bencana kekeringan.
Perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur air bersih secara berkala perlu menjadi prioritas. Hal ini akan meminimalisir risiko kerusakan dan memastikan akses air bersih yang berkelanjutan bagi masyarakat. Selain itu, edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air juga perlu ditingkatkan.
BNPB akan terus berkoordinasi dengan BPBD setempat untuk memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi dan mendorong percepatan perbaikan infrastruktur air di wilayah tersebut. Langkah ini penting untuk mencegah kondisi yang tak terkendali akibat dinamika peralihan musim dan dinamika atmosfer.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana kekeringan, terutama di wilayah yang rentan. Dengan langkah-langkah yang tepat dan kolaborasi yang baik, dampak kekeringan dapat diminimalisir dan kesejahteraan masyarakat dapat terjaga.