Kemenkes Imbau Jamaah Lansia Jaga Kesehatan Selama Rukun Haji
Kementerian Kesehatan mengimbau jamaah haji lansia untuk menjaga kesehatan selama menjalankan rukun haji, mengingat sejumlah prosesi ibadah membutuhkan kekuatan fisik dan menghadapi cuaca ekstrem.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan imbauan penting kepada jamaah haji lanjut usia (lansia) untuk senantiasa menjaga kesehatan mereka selama menjalankan rangkaian ibadah haji. Imbauan ini dikeluarkan mengingat beberapa prosesi haji memerlukan kekuatan fisik yang cukup besar dan jamaah harus menghadapi kondisi cuaca yang ekstrem di beberapa lokasi.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes, Imran Pambudi, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem di Padang Arafah saat wukuf, misalnya, dapat menyebabkan dehidrasi, heatstroke, dan kelelahan pada lansia. Oleh karena itu, lansia sangat membutuhkan tempat berteduh yang memadai, hidrasi yang cukup, dan pengawasan medis yang intensif. "Saat wukuf di Arafah misalnya, terdapat cuaca ekstrem dengan suhu tinggi di Padang Arafah yang sering menyebabkan dehidrasi, heatstroke (serangan panas), dan kelelahan pada lansia. Di sini, lansia memerlukan tempat berteduh, hidrasi yang cukup, dan pengawasan medis," kata Imran Pambudi dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Tidak hanya wukuf, beberapa prosesi haji lainnya juga perlu mendapat perhatian khusus bagi para lansia. Thawaf ifadah, misalnya, yang melibatkan kerumunan besar di sekitar Ka'bah, meningkatkan risiko cedera, kelelahan, dan gangguan pernapasan akibat sesak. Oleh karena itu, pendampingan dan alat bantu seperti kursi roda sangat disarankan bagi lansia yang menunaikan ibadah ini.
Tantangan Kesehatan Selama Prosesi Haji
Proses sa'i, yang mengharuskan jamaah berjalan bolak-balik antara Bukit Shafa dan Marwah, juga menjadi tantangan tersendiri bagi lansia. Aktivitas fisik yang cukup intens ini berpotensi memicu kelelahan dan gangguan pada persendian. "Lansia dapat menggunakan alat bantu mobilitas atau istirahat di sela-sela sa'i jika diperlukan," ujar Imran Pambudi. Proses melontar jumrah di Mina juga menjadi perhatian, karena perjalanan yang panjang dan kerumunan jamaah dapat meningkatkan risiko kelelahan, dehidrasi, dan cedera.
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan lansia selama prosesi melontar jumrah, disarankan agar mereka melakukannya pada waktu yang lebih sepi atau menggunakan layanan badal (diwakilkan). Hal ini untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi akibat kepadatan dan kondisi fisik lansia.
Pemerintah telah berupaya untuk memonitor kondisi kesehatan jamaah haji, terutama lansia, dengan mengintegrasikan data kesehatan mereka melalui Sistem Informasi Kesehatan Haji (Siskohatkes). Sistem ini diharapkan dapat memberikan gambaran akurat mengenai kondisi kesehatan jamaah dan membantu dalam memberikan penanganan yang tepat.
Persyaratan Kesehatan Calon Jamaah Haji
Sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, calon jamaah haji diwajibkan memenuhi syarat istithaah kesehatan. Syarat ini mencakup kemampuan fisik dan mental yang memadai untuk menjalani perjalanan panjang dan rangkaian ibadah haji. Calon jamaah harus dinyatakan sehat dan mampu menjalani seluruh prosesi ibadah.
Imran Pambudi menambahkan bahwa calon jamaah haji juga diwajibkan bebas dari penyakit berat seperti gagal ginjal, penyakit jantung dengan gejala berat, dan demensia. Kondisi kesehatan yang demikian dapat menjadi alasan penundaan keberangkatan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan jamaah selama menjalankan ibadah haji. "Jamaah juga diwajibkan bebas dari penyakit berat, seperti gagal ginjal, penyakit jantung dengan gejala berat, dan demensia, yang dapat menjadi alasan untuk menunda keberangkatan," tuturnya.
Dengan adanya imbauan dan langkah-langkah antisipatif dari Kemenkes, diharapkan jamaah haji lansia dapat menjalankan ibadah haji dengan aman, nyaman, dan sehat. Pemantauan kesehatan yang ketat dan persiapan yang matang sangat penting untuk memastikan kelancaran dan keselamatan seluruh jamaah haji.