Kemenkumham Dukung Pesantren Jadi Pusat Inovasi dan Karya
Kemenkumham meluncurkan program DJKI Goes to Pesantren di Pesantren Tebuireng, Jombang, untuk mendorong pesantren sebagai pusat inovasi dan melindungi kekayaan intelektualnya, sekaligus mendukung kemandirian ekonomi pesantren.

Kemenkumham Dorong Pesantren Jadi Episentrum Inovasi
Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) resmi mendukung pesantren sebagai pusat karya dan inovasi. Langkah ini diwujudkan lewat program "Jelajah Kekayaan Intelektual Indonesia: DJKI Goes to Pesantren", yang pertama kali diadakan di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada Selasa (21/1).
Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI) Kemenkumham, Razilu, menjelaskan tujuan program ini adalah untuk melindungi kekayaan intelektual di lingkungan pesantren dan mendorong kemandirian ekonomi berbasis pesantren. Menurutnya, pesantren memiliki potensi besar dalam menciptakan kekayaan intelektual, namun kontribusinya masih kurang optimal.
Sebagai contoh, Pesantren Tebuireng telah berhasil mendaftarkan 42 karya cipta dan mengajukan dua merek pada tahun 2024. Prestasi ini diharapkan dapat memotivasi pesantren lain untuk lebih aktif dalam mendaftarkan kekayaan intelektual mereka.
Jawa Timur: Potensi Besar, Kontribusi Pesantren Masih Rendah
Data menunjukkan tren peningkatan permohonan kekayaan intelektual di Jawa Timur, dengan 18.521 permohonan hak cipta pada tahun 2024. Namun, kontribusi dari pesantren masih relatif rendah. Oleh karena itu, program ini sangat penting untuk mendorong partisipasi pesantren.
Klinik Kekayaan Intelektual Pertama di Indonesia
Bertepatan dengan program DJKI Goes to Pesantren, diresmikan juga Klinik Kekayaan Intelektual (KI) pertama di Indonesia yang berlokasi di Pesantren Tebuireng. Klinik ini diinisiasi oleh Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham Jawa Timur sebagai bentuk kerja sama untuk melindungi kekayaan intelektual produk pesantren.
Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Timur, Haris Sukamto, berharap Klinik KI ini dapat menjadi pusat layanan dan konsultasi yang memudahkan proses pendaftaran hak cipta, merek, paten, dan desain industri. Ia ingin menjadikan pesantren sebagai pusat karya dan inovasi, dan Klinik KI sebagai model bagi pesantren lain di Indonesia.
Pesantren Tebuireng: Pelopor Pelindungan Kekayaan Intelektual
Pesantren Tebuireng, yang didirikan oleh Kiai Haji Hasyim Asy’ari pada tahun 1899, merupakan salah satu pesantren tertua di Indonesia dengan warisan intelektual yang kaya. Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur dan Pengasuh Pesantren Tebuireng, Kiai Haji Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), mengapresiasi inisiatif DJKI Kemenkumham.
Gus Kikin menekankan bahwa karya-karya pesantren merupakan warisan leluhur yang terus berkembang. Tebuireng telah menghasilkan banyak karya tulis, seperti kitab Durusul Falakiyah yang masih digunakan hingga kini untuk menghitung awal Ramadan, Idulfitri, dan lain sebagainya. Perlindungan kekayaan intelektual dinilai penting untuk kemandirian ekonomi pesantren dan pelestarian nilai-nilai di dalamnya.
Dukungan dan Harapan ke Depan
Dirjen KI, Razilu, menyerahkan sertifikat merek Pesantren Tebuireng kepada Gus Kikin dan surat pencatatan karya cipta buku "Hadratussyaikh Kiai Haji Hasyim Asy’ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia" karya Gus Kikin. DJKI berharap program DJKI Goes to Pesantren dapat menjangkau lebih banyak pesantren di Indonesia untuk mendaftarkan kekayaan intelektual mereka, mendukung kemandirian ekonomi pesantren, dan melestarikan warisan intelektual bangsa. Pesantren Tebuireng diharapkan menjadi contoh bagi pesantren lain dalam melindungi kekayaan intelektual mereka.