Ketahanan Stok Beras Indonesia: Contoh Bagi Dunia di Tengah Krisis Pangan Global
Menteri Pertanian RI menyoroti kestabilan stok beras Indonesia sebagai contoh ketahanan pangan global di tengah krisis pangan yang melanda Filipina, Malaysia, dan Jepang.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada Jumat (21/2) lalu, menekankan kestabilan stok beras Indonesia sebagai sebuah contoh yang patut ditiru di tengah krisis pangan global. Pernyataan ini disampaikan menyusul krisis pangan yang terjadi di sejumlah negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, dan Jepang. Situasi ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim dan gangguan rantai pasokan.
Sulaiman menegaskan, "Kita tidak akan membiarkan rakyat mengantri beras seperti di Filipina, atau panik seperti di Malaysia dan Jepang. Dengan cadangan yang cukup dan sistem distribusi yang tangguh, Indonesia menjadi contoh ketahanan pangan global." Pernyataan ini menggarisbawahi keberhasilan Indonesia dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras bagi masyarakatnya.
Namun, Sulaiman juga mengingatkan pentingnya percepatan upaya untuk mencapai swasembada beras dan memperkuat cadangan pangan nasional. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap dampak krisis pangan global yang dipicu oleh perubahan iklim dan tantangan distribusi. Krisis pangan di negara lain menjadi "alarm" bagi Indonesia untuk bertindak lebih cepat dalam menjaga ketahanan pangan.
Krisis Beras di Negara Tetangga: Pelajaran Berharga bagi Indonesia
Sulaiman mencontohkan kebijakan pemerintah Jepang yang untuk pertama kalinya melepaskan 210.000 ton beras dari cadangan beras darurat mereka yang berjumlah satu juta ton. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kenaikan harga beras yang signifikan di Jepang. "Harga beras di Jepang naik 82 persen dalam satu tahun, dari ¥2.023/kg menjadi ¥3.688/kg. Ini merupakan konsekuensi langsung dari gelombang panas ekstrem yang mengganggu produksi dan distribusi," kata Sulaiman.
Di Malaysia, kelangkaan beras telah memicu kepanikan di kalangan masyarakat. Menurunnya stok beras menyebabkan kenaikan harga, sementara biaya impor beras menambah beban bagi masyarakat. Sulaiman menekankan, "Kondisi di Malaysia menunjukkan bahwa gangguan stok pangan dapat menyebabkan keresahan sosial. Pangan bukan hanya kebutuhan dasar rakyat, tetapi juga faktor kunci stabilitas nasional."
Sementara itu, pemerintah Filipina telah menyatakan keadaan darurat pangan sejak Februari 2025 karena peningkatan harga beras yang signifikan. Inflasi beras di Filipina mencapai 24,4 persen, angka tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Situasi di negara-negara tetangga ini, menurut Sulaiman, mencerminkan perlunya jaminan stok beras yang aman dan upaya untuk memperkuat produksi beras domestik serta mengurangi ketergantungan pada impor beras.
Langkah Strategis Pemerintah Indonesia: Jaga Stok dan Stabilitas Harga
Data BPS pada Februari 2025 menunjukkan harga beras sedang di Indonesia berada di kisaran Rp13.000-Rp14.000 per kg, lebih rendah dari harga tertinggi Rp16.000 pada tahun 2024. Untuk menjaga stok beras dan stabilitas harga, Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan Bulog untuk membeli tiga juta ton beras dari petani. Sulaiman menyebut langkah ini sebagai langkah strategis.
"Dengan pembelian berskala besar ini, kita tidak hanya memastikan petani mendapatkan harga yang layak, tetapi juga membantu bangsa memperkuat stok beras di tengah dinamika global," ujar Sulaiman. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional dan melindungi petani.
Kesimpulannya, kestabilan stok beras Indonesia menjadi contoh yang baik bagi negara lain dalam menghadapi krisis pangan global. Namun, upaya untuk mencapai swasembada beras dan memperkuat cadangan pangan nasional harus terus ditingkatkan sebagai langkah antisipasi terhadap berbagai tantangan ke depan.