Kisah Unik Pasukan Perdamaian Indonesia di Kongo: Taklukkan Hati Warga dengan Ubi Cilembu dan Lapangan Sepak Bola
Simak kisah inspiratif bagaimana Pasukan Perdamaian Indonesia di DR Kongo berhasil memenangkan kepercayaan masyarakat lokal melalui pendekatan inovatif ubi cilembu dan pembangunan lapangan sepak bola.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Indonesia untuk turut serta dalam menciptakan ketertiban dunia. Hal ini diwujudkan melalui partisipasi aktif Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam berbagai misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di seluruh dunia. Komitmen ini menunjukkan peran strategis Indonesia di kancah global.
Salah satu misi penting yang diemban adalah di Misi Stabilisasi Organisasi PBB di DR Kongo (MONUSCO). Tahun lalu, TNI mengirimkan Satuan Tugas (Satgas) Kompi Zeni (Kizi) untuk membantu menjaga ketertiban, perdamaian, dan meredakan ketegangan di negara Afrika yang dilanda konflik. Mereka berangkat pada 24 April 2024.
Satgas yang terdiri dari perwira TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara ini memiliki tujuan krusial: diterima oleh masyarakat lokal. Komandan Satgas, Letnan Kolonel Dili Eko Setyawan, menceritakan tantangan menjaga 173 personel Pasukan Perdamaian Indonesia tetap aman. Mereka bertugas di Mavivi, DR Kongo, selama setahun.
Meraih Kepercayaan Lokal
Melaksanakan misi di DR Kongo bukanlah tugas yang mudah. Letkol Setyawan mengenang betapa sulitnya memenangkan kepercayaan warga setempat. Beberapa di antaranya bahkan meragukan kehadiran Pasukan Perdamaian Indonesia akan membawa perubahan positif. Penolakan warga terkadang meningkat menjadi demonstrasi massal di depan pos-pos perdamaian.
Situasi ini mendorong Letkol Setyawan dan pasukannya untuk mencari solusi kreatif. Setelah melakukan survei, ia menyadari bahwa lokasi penugasan mereka ideal untuk menanam singkong, ubi jalar, dan jagung. Ide pun muncul untuk memperkenalkan ubi ungu dan Ubi Cilembu, varietas ubi jalar populer dari Jawa Barat, kepada masyarakat Mavivi. Personel Satgas Kizi mulai mengajak dan membimbing warga untuk menanam, merawat, hingga memanen ubi tersebut. Ukuran dan rasa ubi jalar ini menjadikannya favorit instan di kalangan warga lokal.
Seiring waktu, semakin banyak warga yang tertarik pada tanaman baru ini, bahkan mereka yang awalnya menolak Pasukan Perdamaian Indonesia. Namun, tantangan lain muncul ketika pasukan mengetahui bahwa sebagian warga khawatir budidaya tanaman ini akan menarik perhatian kelompok bersenjata. Ketakutan ini beralasan, mengingat properti dan hasil panen warga sering dirusak oleh kelompok tersebut. Tim Kizi pun memikirkan cara untuk mengatasi masalah ini.
Komandan menyadari bahwa masalah ini sebagian berasal dari kurangnya kegiatan positif dan menarik bagi pemuda lokal. Kondisi ini membuat mereka lebih rentan direkrut oleh kelompok bersenjata. Untuk mengatasi hal tersebut, Setyawan mengalihkan perhatian pada olahraga. Mereka membangun dua lapangan sepak bola tanah berukuran standar internasional, lengkap dengan tiang gawang dan bola untuk warga lokal. Proses pembangunan ini memakan waktu sekitar satu bulan. Baik Ubi Cilembu maupun lapangan sepak bola memainkan peran penting dalam keberhasilan misi, menunjukkan kepada warga bahwa mereka tidak punya alasan untuk menolak kehadiran Pasukan Perdamaian Indonesia yang beritikad baik.
Dampak Positif dan Apresiasi Nasional
Setelah kepercayaan masyarakat terbangun, Satgas Kizi jauh lebih mudah melaksanakan inisiatif layanan publik. Mereka memberikan pengobatan gratis, membangun infrastruktur, dan mengelola limbah. Ini menunjukkan pendekatan humanis yang efektif dalam misi perdamaian.
Letkol Setyawan dan timnya kembali ke Indonesia pada pertengahan tahun 2025. Meskipun banyak yang telah dilakukan untuk masyarakat lokal, ia menyatakan bahwa lebih banyak lagi yang dibutuhkan. Misi ini telah ia percayakan kepada delegasi TNI berikutnya yang akan bertugas di DR Kongo.
Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto, menyampaikan apresiasi bangsa kepada Satgas Kizi atas upaya menjaga perdamaian di DR Kongo. Dalam upacara penyambutan 173 prajurit yang kembali di Markas Besar TNI di Jakarta Timur, ia menyatakan bahwa personel telah menunjukkan dedikasi dan profesionalisme tinggi selama penugasan di luar negeri. Pujian ini disampaikan dalam amanat yang dibacakan oleh Inspektur Jenderal TNI, Letnan Jenderal Muhammad Saleh.
“Terima kasih telah melaksanakan tugas dengan dedikasi, disiplin, profesionalisme, dan loyalitas, menjadikan misi perdamaian PBB sukses,” ujarnya mengutip Panglima TNI pada upacara 10 Juli 2025. Ia menambahkan bahwa Pasukan Perdamaian Indonesia telah meninggalkan jejak dengan membangun infrastruktur dan menyediakan layanan publik kepada masyarakat lokal. Mereka merenovasi bandara, memperbaiki jalan utama, membangun jembatan darurat, mendirikan pos pengawasan, dan mengembangkan beberapa fasilitas umum yang dibutuhkan warga di bawah mandat PBB. Saleh juga memuji personel atas pendekatan humanis mereka dalam meraih kepercayaan warga. Ia berharap keberhasilan pasukan perdamaian ini akan semakin meningkatkan kredibilitas TNI di panggung global.
- Renovasi bandara dan perbaikan jalan.
- Perbaikan pos pengawasan.
- Penyediaan layanan kesehatan.
- Pembangunan fasilitas umum seperti jembatan darurat.