KKB Elkius Kobak Bunuh Pendulang Emas di Kali Silet, Yahukimo
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Elkius Kobak menyerang dan membunuh para pendulang emas di Kali Silet, perbatasan Yahukimo dan Asmat; evakuasi korban masih dalam koordinasi.

Sebuah serangan brutal oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Elkius Kobak telah mengguncang perbatasan Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Asmat. Insiden yang terjadi di sekitar Kali Silet pada Minggu (6/4) mengakibatkan tewasnya sejumlah pendulang emas. Informasi ini dikonfirmasi oleh Dandim 1715/Yahukimo, Letkol Inf Tommy Yudistyo, yang dihubungi dari Jayapura pada Rabu (9/4).
Letkol Tommy Yudistyo menjelaskan kesulitan dalam memastikan jumlah korban pasti. Akses ke lokasi kejadian yang terpencil membutuhkan perjalanan udara menggunakan helikopter dari Dekai, ibu kota Yahukimo. Alternatif lain adalah melalui jalur sungai menggunakan perahu motor dari Asmat, namun tetap membutuhkan waktu dan usaha yang signifikan.
Serangan tersebut dilakukan oleh KKB pimpinan Elkius Kobak yang beroperasi di wilayah Yahukimo. Pihak TNI tengah berupaya maksimal untuk mengungkap detail kejadian dan jumlah korban yang sebenarnya. Koordinasi intensif dilakukan untuk segera mengevakuasi korban dan mengamankan para pendulang yang masih berada di sekitar lokasi kejadian (TKP).
Serangan KKB di Kali Silet: Tantangan Akses dan Evakuasi
Letkol Tommy Yudistyo menekankan bahwa proses evakuasi dan pengamanan di lokasi kejadian menghadapi tantangan geografis yang signifikan. Terbatasnya aksesibilitas ke Kali Silet, yang terletak di wilayah terpencil dan berhutan lebat, menjadi kendala utama. Kondisi medan yang sulit dan potensi ancaman dari KKB membuat operasi evakuasi dan investigasi menjadi lebih kompleks.
Proses identifikasi korban juga diperkirakan akan memakan waktu. Selain jumlah korban yang belum pasti, kondisi medan yang sulit juga menghambat proses pencarian dan evakuasi. Pihak berwenang berkomitmen untuk bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan semua korban dapat diidentifikasi dan dievakuasi dengan aman.
Kejadian ini sekali lagi menyoroti ancaman nyata yang ditimbulkan oleh KKB di Papua. Serangan terhadap warga sipil yang tidak berdaya menunjukkan kebiadaban dan pelanggaran HAM yang serius. Upaya penegakan hukum dan perlindungan warga sipil di wilayah rawan konflik seperti ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi.
Upaya Penanganan dan Antisipasi Kejadian Berulang
Saat ini, fokus utama adalah evakuasi korban dan pengamanan para pendulang yang masih berada di sekitar TKP. TNI bersama aparat keamanan lainnya tengah berupaya maksimal untuk mencapai lokasi kejadian dan memberikan bantuan yang dibutuhkan. Koordinasi dengan pemerintah daerah juga terus dilakukan untuk memastikan kelancaran proses evakuasi dan penanganan pasca-kejadian.
Selain upaya evakuasi dan pengamanan, langkah-langkah antisipasi untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan. Peningkatan patroli keamanan, kerjasama dengan masyarakat setempat, dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku KKB merupakan beberapa langkah yang dapat diambil.
Pemerintah perlu memastikan perlindungan bagi warga sipil di wilayah rawan konflik. Peningkatan aksesibilitas ke daerah terpencil, pembangunan infrastruktur, dan program pemberdayaan masyarakat dapat membantu mengurangi kerentanan warga sipil terhadap ancaman KKB.
Kejadian di Kali Silet ini menjadi pengingat penting akan perlunya strategi yang komprehensif dalam menangani masalah KKB di Papua. Solusi jangka panjang yang melibatkan pendekatan keamanan, pembangunan, dan dialog perlu diprioritaskan untuk menciptakan perdamaian dan keamanan bagi seluruh masyarakat Papua.
"Ya benar ada informasi terkait pembunuhan terhadap para pendulang pada Minggu (6/4) lalu, namun belum dapat dipastikan berapa banyak yang menjadi korban karena untuk mencapai lokasi tersebut dari Dekai harus menggunakan helikopter," kata Dandim Yahukimo kepada ANTARA.