Lebaran Topat di Lombok Tengah: Tradisi Budaya yang Gerakkan Ekonomi Lokal
Perayaan Lebaran Topat di Lombok Tengah, NTB, terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat melalui peningkatan konsumsi bahan pangan lokal dan produk kerajinan.

Lombok Tengah, NTB, 7 April 2025 - Perayaan Lebaran Topat 1446 Hijriah/2025 Masehi di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), tak hanya menjadi momen perayaan budaya, tetapi juga pendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bupati Lombok Tengah, Lalu Pathul Bahri, menjelaskan bahwa tradisi unik ini memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian daerah.
Perayaan yang jatuh seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat memasak berbagai hidangan khas, menggunakan bahan-bahan lokal seperti beras, daging ayam, sapi, ikan, telur, dan sayuran. Hal ini menciptakan perputaran ekonomi yang langsung dirasakan oleh para petani, peternak, dan pedagang di Lombok Tengah. "Budaya itu bisa menggerakkan ekonomi masyarakat, termasuk perayaan Lebaran Topat ini," ujar Bupati Lalu Pathul Bahri saat menghadiri perayaan tersebut di halaman kantor Bupati.
Lebih dari sekadar perayaan, Lebaran Topat juga menjadi bukti nyata bagaimana pelestarian budaya dapat berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah pun sangat mendukung upaya pelestarian tradisi ini, karena diyakini dapat meningkatkan perekonomian dan memperkuat identitas lokal.
Tradisi Lebaran Topat dan Dampaknya terhadap Ekonomi Lokal
Lebaran Topat, yang dirayakan dengan penuh syukur setelah enam hari puasa sunah di bulan Syawal, menjadi momentum peningkatan konsumsi berbagai produk lokal. Mulai dari bahan makanan pokok hingga aneka jajanan pasar, semuanya laris manis terjual. Hal ini memberikan dampak positif bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Lombok Tengah.
Bupati Lalu Pathul Bahri menekankan pentingnya melestarikan tradisi ini untuk generasi mendatang. "Melestarikan budaya kepada generasi penerus bangsa itu penting dipikirkan dan dilaksanakan agar mereka mengenal arti budaya yang ada," tegasnya. Dengan demikian, tradisi Lebaran Topat tidak hanya sekadar ritual tahunan, tetapi juga warisan budaya yang bernilai ekonomis.
Lebih lanjut, Bupati juga menjelaskan bahwa semua bahan makanan yang digunakan dalam perayaan Lebaran Topat merupakan produk lokal. "Semua bahan makanan yang disajikan pada Lebaran Topat itu produk masyarakat, sehingga budaya itu merupakan perputaran ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambahnya. Ini menunjukkan sinergi yang kuat antara budaya dan ekonomi di Lombok Tengah.
Pemerintah daerah juga berupaya untuk terus mendukung para perajin lokal. Salah satu kebijakan yang telah diterapkan adalah kewajiban bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk mengenakan pakaian adat Sasak setiap tanggal 15 setiap bulannya. "Hal itu dilakukan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat, karena perajin tenun di Lombok Tengah cukup banyak dan hasil produksi mereka sangat bagus," kata Bupati Pathul Bahri.
Upaya Pelestarian Budaya dan Penguatan Ekonomi Lokal
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan pembangunan ekonomi. Dengan mempertahankan tradisi Lebaran Topat, pemerintah daerah tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kebijakan penggunaan pakaian adat Sasak oleh ASN merupakan salah satu contoh nyata komitmen pemerintah dalam mendukung ekonomi kreatif lokal. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para perajin tenun dan sekaligus mempromosikan kekayaan budaya Lombok Tengah kepada masyarakat luas.
Selain itu, pemerintah juga terus berupaya untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para pelaku UMKM agar dapat meningkatkan kualitas produk dan daya saingnya di pasar. Dengan demikian, tradisi Lebaran Topat dapat terus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Lombok Tengah di masa mendatang.
Dengan demikian, perayaan Lebaran Topat di Lombok Tengah menjadi contoh nyata bagaimana tradisi budaya dapat diintegrasikan dengan program pembangunan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab masyarakat, tetapi juga pemerintah daerah.
Ke depannya, diharapkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan para pelaku UMKM dapat terus ditingkatkan agar tradisi Lebaran Topat dapat terus lestari dan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat Lombok Tengah.