Lebaran Topat Mataram: Silaturahmi, Rekreasi, dan Tradisi Lestari
Pemerintah Kota Mataram menggelar Lebaran Topat 1446 H/2025 M sebagai sarana silaturahmi, rekreasi, dan hiburan masyarakat, sekaligus melestarikan tradisi budaya lokal.

Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, sukses menggelar perayaan Lebaran Topat 1446 Hijriah/2025 Masehi pada Senin, 7 April 2025. Perayaan yang berpusat di Taman Loang Baloq Sekarbela ini menyatukan masyarakat dalam suasana silaturahmi, rekreasi, dan hiburan. Wakil Wali Kota Mataram, TGH Mujiburrahman, memimpin acara puncak dengan pemukulan beduk dan pemotongan Topat Agung Mentaram, disaksikan ratusan warga dan pejabat setempat. Acara ini juga melibatkan atraksi budaya bertema "Hikayat Topat Mentaram", yang bertujuan melestarikan tradisi leluhur.
Tradisi Lebaran Topat, yang dirayakan setiap tanggal 8 Syawal, memiliki makna penting bagi masyarakat Mataram. Wakil Wali Kota menekankan nilai religi dan penguatan silaturahmi yang terkandung dalam perayaan ini. "Kegiatan Lebaran Topat menjadi salah satu tradisi yang harus dipertahankan, karena sarat dengan nilai-nilai religi dan mempererat tali silaturahim," ujar TGH Mujiburrahman dalam sambutannya. Beliau juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan dan ketertiban di objek wisata yang ramai dikunjungi selama Lebaran Ketupat.
Selain Taman Loang Baloq, perayaan Lebaran Topat tahun ini juga berlangsung di Makam Bintaro Ampenan. Pemilihan dua lokasi ini memiliki makna historis bagi Kota Mataram, yang menjadikan Lebaran Topat sebagai simbol persatuan dan pelestarian tradisi. Plt Camat Sekarbela sekaligus Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, Cahya Samudra, menjelaskan bahwa perayaan ini merupakan perpaduan religi, budaya, dan pariwisata, yang bertujuan untuk meneruskan kebaikan dari para leluhur. Hal ini juga diharapkan dapat menjadi warisan budaya yang lestari bagi generasi mendatang.
Tradisi Lebaran Topat: Silaturahmi dan Hiburan Masyarakat
Puncak acara Lebaran Topat ditandai dengan pemukulan beduk oleh Wakil Wali Kota Mataram, TGH Mujiburrahman, bersama pejabat lainnya, termasuk anggota DPRD NTB H Didi Sumardi dan Kepala Kantor Kemenag Kota Mataram H Hamdun. Setelah pemukulan beduk, acara dilanjutkan dengan pemotongan Topat Agung Mentaram, yang disusul dengan bejuret atau rebutan Topat Agung Mentaram oleh ratusan warga yang hadir. Suasana penuh kegembiraan dan semangat kebersamaan terlihat jelas dalam acara ini.
Wakil Wali Kota Mataram memberikan apresiasi kepada penyelenggara atas terselenggaranya acara yang sukses memfasilitasi silaturahmi dan hiburan bagi masyarakat. Beliau juga menekankan pentingnya pengawasan orang tua terhadap anak-anak mereka selama berada di tempat wisata untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Para petugas dari kelompok sadar wisata dan aparat terkait juga berperan penting dalam menjaga keamanan dan kelancaran acara.
Pemerintah Kota Mataram berupaya untuk menjaga kelestarian tradisi Lebaran Topat agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman dan pengaruh media sosial. Hal ini terlihat dari penyelenggaraan acara yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dan atraksi budaya yang kental dengan nilai-nilai lokal. Dengan demikian, Lebaran Topat tidak hanya menjadi perayaan tahunan, tetapi juga sebagai upaya pelestarian budaya dan penguatan nilai-nilai sosial.
Hikayat Topat Mentaram: Atraksi Budaya yang Menawan
Dalam perayaan Lebaran Topat tahun ini, Pemerintah Kota Mataram menampilkan atraksi budaya dengan tema "Hikayat Topat Mentaram". Atraksi ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan cerita rakyat dan budaya lokal yang berkaitan dengan tradisi Lebaran Topat. Atraksi budaya ini menambah semarak perayaan dan memberikan pengalaman yang berkesan bagi para pengunjung.
Selain atraksi budaya, perayaan Lebaran Topat juga dirangkaikan dengan kegiatan ziarah makam para ulama, selakaran, zikir, ngurisan (cukur rambut bayi), dan doa bersama. Kegiatan-kegiatan ini memperkaya makna perayaan Lebaran Topat, tidak hanya sebagai ajang silaturahmi dan hiburan, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan penguatan spiritualitas.
Sebagai penutup, acara Lebaran Topat diakhiri dengan begibung atau makan bersama yang melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, tamu undangan, dan masyarakat umum. Begibung ini menjadi simbol kebersamaan dan mempererat tali silaturahmi antar warga Mataram. Dengan demikian, Lebaran Topat tidak hanya menjadi perayaan tahunan, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan melestarikan budaya lokal.
Dengan adanya perayaan Lebaran Topat ini, Pemerintah Kota Mataram menunjukkan komitmennya dalam melestarikan tradisi budaya lokal dan memperkuat nilai-nilai sosial di tengah masyarakat. Semoga tradisi ini dapat terus lestari dan diwariskan kepada generasi mendatang.