Masyarakat Badui: Tetap Setia pada Kayu Bakar, Tak Terpengaruh Kelangkaan Gas Elpiji
Warga Badui di Lebak, Banten, tetap menggunakan kayu bakar untuk memasak, tidak terdampak kelangkaan gas elpiji 3 kg yang terjadi di daerah lain, karena hal tersebut sesuai dengan aturan adat setempat.
![Masyarakat Badui: Tetap Setia pada Kayu Bakar, Tak Terpengaruh Kelangkaan Gas Elpiji](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/03/220157.700-masyarakat-badui-tetap-setia-pada-kayu-bakar-tak-terpengaruh-kelangkaan-gas-elpiji-1.jpg)
Kelangkaan gas elpiji 3 kg tengah melanda beberapa wilayah di Indonesia, namun tidak demikian di Kampung Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat Badui di sana tetap setia menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi untuk memasak, sebuah tradisi yang telah berlangsung turun temurun dan sejalan dengan aturan adat mereka.
Santa (55), warga Badui Kampung Cipiit, menjelaskan, "Kita sejak dulu hingga kini untuk keperluan memasak menggunakan kayu bakar." Penggunaan gas elpiji 3 kg, meskipun bersubsidi, bertentangan dengan adat istiadat mereka. Hal ini membuat masyarakat Badui konsisten mempertahankan kebiasaan tradisional mereka.
Ketersediaan kayu bakar di sekitar pemukiman Badui sangat melimpah. Kayu tersebut mudah didapatkan di kebun dan ladang yang mengelilingi desa mereka. Dengan populasi sekitar 4.000 kepala keluarga, baik Badui Luar maupun Badui Dalam, ketersediaan kayu bakar terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lebih dari sekadar tradisi, penggunaan kayu bakar ini juga memiliki dampak positif. "Kayu-kayu bakar yang kering itu disimpan di dapur dan kemudian dijadikan bahan bakar untuk memasak gorengan, sayuran, nasi hingga air minum," kata Santa. Selain ramah lingkungan, penggunaan kayu bakar juga membantu menghemat pengeluaran keluarga.
Nani (25), putri Santa, menceritakan kegiatan sehari-harinya. Selain bertani padi huma, palawija, dan hortikultura, ia juga mencari kayu bakar di kebun dan ladang. Kayu bakar tersebut diperoleh dari sisa-sisa pembukaan lahan pertanian.
Kelangkaan gas elpiji yang terjadi di daerah lain tidak berpengaruh pada kehidupan masyarakat Badui. "Kami bersama warga Badui lainnya tidak berdampak adanya kelangkaan gas elpiji 3 kg," ujar Nani. Berbeda dengan warga Rangkasbitung yang kesulitan mendapatkan gas 3 kg karena stok yang habis di agen resmi.
Pemerintah Kabupaten Lebak pun mengapresiasi tradisi masyarakat Badui. Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak, Yani, menyatakan apresiasinya terhadap penggunaan kayu bakar oleh masyarakat Badui. Meskipun demikian, pemerintah tetap menjamin ketersediaan gas elpiji 3 kg melalui agen resmi dan meminta masyarakat tidak panik.
Kesimpulannya, tradisi masyarakat Badui yang tetap menggunakan kayu bakar untuk memasak menunjukkan kearifan lokal yang tetap relevan di tengah isu kelangkaan gas elpiji. Keberadaan kayu bakar yang melimpah dan kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan menjadi faktor kunci keberhasilan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.