Kayu Bakar: Solusi Masak Warga Lebak di Tengah Kelangkaan Elpiji
Masyarakat di pedalaman Lebak, Banten, tetap gunakan kayu bakar untuk memasak akibat kelangkaan dan harga elpiji melonjak, kendati pemerintah berupaya pendistribusian lebih tepat sasaran.
Lebak, Banten - Di tengah kabar kelangkaan gas elpiji 3 kg, warga pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, masih mengandalkan kayu bakar untuk memasak. Bukan sekadar kebiasaan turun-temurun, keterbatasan akses dan harga elpiji yang meroket membuat kayu bakar menjadi pilihan ekonomis.
Iyos (55), warga Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, mengungkapkan, keluarganya telah bergenerasi menggunakan kayu bakar. Kayu bakar didapatkan dengan mudah dari kebun dan hutan sekitar. "Kami sejak dulu hingga sekarang untuk keperluan memasak di dapur menggunakan kayu bakar," ujarnya.
Ketersediaan kayu bakar yang melimpah menjadi alasan utama. Iyos bahkan mengatakan kayu bakar hasil pencariannya di kebun cukup untuk tiga hari ke depan. Hal senada disampaikan Aminah (50), warga Desa Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar. Menurutnya, kayu bakar lebih terjangkau dan efisien ketimbang elpiji, terlebih dengan harga elpiji yang mahal dan sulit didapat.
Di tempat lain, Ijah (45) dari Kampung Cihiang, Desa Rangkasbitung Timur, memanfaatkan brondo, sisa-sisa kelapa sawit dari PTPN VIII Cisalak, sebagai bahan bakar alternatif. Keputusan beralih ke brondo ini diambil dua tahun lalu seiring melonjaknya harga elpiji. "Penggunaan brondo membantu mengirit biaya hidup, terlebih suami saya buruh bangunan," jelas Ijah.
Mengapa Kayu Bakar Masih Menjadi Pilihan?
Kelangkaan elpiji 3 kg di Lebak, menurut Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak, Yani, disebabkan kebijakan baru Pertamina. Distribusi gas bersubsidi kini difokuskan melalui agen resmi atau pangkalan, bukan warung pengecer. Hal ini bertujuan agar subsidi tepat sasaran.
Harga elpiji 3 kg saat ini mengikuti Harga Eceran Tertinggi (HET) sesuai Perbup Nomor 3 Tahun 2023, yaitu Rp19.000 (zona 1) dan Rp19.500 (zona 2). Namun, keterbatasan kuota elpiji bersubsidi sebanyak 7.000 tabung seringkali menyebabkan kelangkaan, terutama karena banyaknya keluarga mampu yang juga mengonsumsi elpiji bersubsidi.
Kesimpulan
Kelangkaan dan harga elpiji yang tinggi memaksa warga pedalaman Lebak kembali ke cara tradisional memasak, yaitu menggunakan kayu bakar. Meskipun pemerintah berupaya mendistribusikan elpiji bersubsidi secara tepat sasaran, kenyataannya akses dan keterjangkauan masih menjadi kendala bagi sebagian masyarakat.