Membaca Nyaring: Kunci Tingkatkan Literasi Anak, Kata Perpusnas
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menekankan pentingnya membaca nyaring bagi peningkatan literasi anak, membangun ikatan sosial, dan membentuk karakter, serta mengajak masyarakat untuk menjadikan membaca sebagai budaya.
![Membaca Nyaring: Kunci Tingkatkan Literasi Anak, Kata Perpusnas](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/220046.345-membaca-nyaring-kunci-tingkatkan-literasi-anak-kata-perpusnas-1.jpg)
Jakarta, 5 Februari 2024 - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) baru-baru ini menyoroti pentingnya membaca nyaring dalam meningkatkan kemampuan literasi anak. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Dharma Wanita Persatuan Perpusnas, Teti Aminudin Aziz, dalam peringatan Hari Membaca Nyaring Sedunia ke-15 di Gedung Perpusnas, Jakarta.
Manfaat Membaca Nyaring untuk Anak
Menurut Teti, membaca nyaring bukan sekadar mengeja kata, tetapi sebuah aktivitas bermakna yang menghubungkan anak dengan dunia khayalan dan pengetahuan. "Membaca, interaksi ketika membacakan, dan berbincang tentang buku, akan menghubungkan dengan dunia. Hal ini adalah hal yang terjadi saat kegiatan membaca nyaring," ujarnya. Lebih dari itu, kegiatan ini juga meningkatkan pengalaman emosi dan intelektual anak secara menyeluruh, sehingga mendorong pemahaman dan literasi yang lebih baik.
Teti menambahkan bahwa membaca nyaring, baik di rumah maupun sekolah, terbukti efektif meningkatkan kemampuan literasi anak. Selain itu, kegiatan ini juga memperkuat ikatan sosial dan empati karena pendengar dapat mengidentifikasi diri dengan tokoh-tokoh dalam cerita. Ia juga menekankan pentingnya membaca nyaring sebagai pendukung program penguatan literasi keluarga dan pembangunan perpustakaan yang berkualitas.
Pameran Buku Bermutu dan Gerakan Literasi
Dalam acara peringatan tersebut, Perpusnas juga menyelenggarakan pameran "Buku Bermutu untuk Membaca Nyaring", yang menampilkan buku-buku bacaan anak berkualitas tinggi, baik dari segi cerita maupun ilustrasi. Bahkan, ada peserta khusus yang memamerkan ilustrasi bacaan anak. Teti berharap kegiatan ini dapat berkelanjutan dan tidak hanya bersifat simbolis.
Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas, Suharyanto, menjelaskan tujuan pameran buku tersebut adalah untuk memperkenalkan buku bacaan bermutu kepada masyarakat. Buku-buku ini dapat digunakan untuk mendukung kegiatan membaca nyaring di berbagai lingkungan, termasuk keluarga, sekolah, dan perpustakaan. Pameran ini juga menjadi sarana promosi pentingnya mengenalkan bahan bacaan bermutu kepada anak sejak dini.
Dukungan dari Komunitas dan Gerakan Global
Pendiri Komunitas Reading Bugs, Roosie Setiawan, turut memberikan dukungan terhadap pentingnya membaca buku bagi anak-anak dan orang dewasa. Ia mengajak semua pihak untuk membacakan buku kepada anak-anak, karena anak-anak membutuhkan contoh bagaimana cara membaca yang baik dan benar. "Karena anak-anak membutuhkan orang dewasa yang membacakan buku, anak-anak membutuhkan contoh bagaimana cara membaca yang baik dan benar. Mari, sebagai orang dewasa menjadi teladan bagi anak-anak melalui membacakan buku," kata Roosie.
World Read Aloud Day (WRAD), yang dicetuskan oleh LitWorld pada tahun 2010, juga turut mendukung gerakan ini. WRAD bertujuan menciptakan komunitas dan mengadvokasi literasi sebagai hak asasi manusia. Saat ini, WRAD telah diikuti oleh lebih dari 170 negara, dan terus menggencarkan gerakan literasi yang mengajak masyarakat untuk membacakan nyaring cerita kepada anak-anak.
Kesimpulan
Perpusnas menekankan pentingnya membaca nyaring sebagai kunci peningkatan literasi anak. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman, tetapi juga membangun ikatan sosial dan empati. Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk komunitas dan gerakan global, diharapkan budaya membaca nyaring dapat terus berkembang dan membentuk generasi yang literat dan berkarakter.