Menag Harap BP4 Tekan Angka Perceraian yang Mengkhawatirkan di Indonesia
Menteri Agama berharap BP4 dapat menurunkan angka perceraian di Indonesia yang mencapai 466.359 kasus pada 2024 dan berupaya memperkuat ketahanan keluarga.

Jakarta, 22 April 2024 - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan keprihatinannya terkait tingginya angka perceraian di Indonesia dan berharap Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dapat mengambil peran signifikan dalam menekan angka tersebut. Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BP4 di Jakarta. Angka perceraian yang tinggi dinilai sebagai ancaman serius bagi ketahanan keluarga dan bangsa Indonesia.
Menag Nasaruddin Umar menekankan pentingnya peran BP4 dalam menyelesaikan konflik keluarga secara damai dan konstruktif, sebelum berujung pada perceraian di pengadilan. Beliau menyatakan bahwa perceraian memiliki dampak sistematis yang luas, terutama bagi perempuan dan anak-anak, yang seringkali terjerumus dalam kemiskinan. Hal ini menjadi perhatian serius mengingat data Kemenag menunjukkan angka perceraian yang cukup tinggi.
Data Kemenag menunjukkan angka perceraian pada tahun 2024 mencapai 466.359 kasus, meningkat dari 463.654 kasus pada tahun 2023. Sementara itu, angka pernikahan justru menurun dari 1.577.255 pada tahun 2023 menjadi 1.478.424 pada tahun 2024. Tren ini menjadi indikator penting yang menunjukkan melemahnya ketahanan keluarga di Indonesia, khususnya karena mayoritas pasangan yang bercerai adalah pasangan muda yang belum genap lima tahun menikah.
Peran Krusial BP4 dalam Memperkuat Ketahanan Keluarga
Menag menekankan peran krusial BP4 dan Kantor Urusan Agama (KUA) dalam membangun ketahanan keluarga. BP4 diharapkan dapat proaktif melakukan mediasi rumah tangga, menyelesaikan konflik, mendeteksi dini kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), memberikan edukasi pranikah kepada remaja, dan memberikan bimbingan perkawinan berkelanjutan. "Tidak mungkin masyarakat berantakan bisa melahirkan masyarakat ideal. Tidak mungkin masyarakat berantakan bisa melahirkan negara ideal. Jadi jika ingin mempertahankan negara, bangsa, masyarakat, maka rumah tangga ini harus kuat," tegas Menag.
Lebih lanjut, Menag juga mengutip Al-Quran, yang menurutnya lebih banyak membahas tentang keutuhan rumah tangga dibandingkan dengan urusan negara. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keharmonisan rumah tangga sebagai pondasi masyarakat yang kuat dan ideal. "Ayat yang berbicara tentang negara tidak sampai 10 persen. Hanya 5 persen. Tapi soal rumah tangga itu 90 persen. Kenapa? Karena tidak ada masyarakat ideal tanpa rumah tangga ideal," ujarnya.
Selain itu, BP4 juga didorong untuk merespon fenomena meningkatnya jumlah pasangan yang memilih untuk hidup bersama tanpa ikatan pernikahan (kumpul kebo). Tren ini dinilai berbahaya karena dapat memicu perzinahan dan berbagai masalah sosial lainnya, dengan perempuan sebagai pihak yang paling rentan menjadi korban. "Menganggap kumpul kebo itu sebagai hal yang biasa. Fenomena ini ada dalam masyarakat kita," ungkap Menag.
Strategi BP4 dalam Menekan Angka Perceraian
Untuk mencapai tujuan menekan angka perceraian, BP4 perlu menjalankan beberapa strategi. Pertama, peningkatan layanan konseling dan mediasi pra-perceraian untuk membantu pasangan menyelesaikan masalah sebelum memutuskan bercerai. Kedua, perlu adanya program edukasi yang lebih intensif mengenai pentingnya komunikasi dan manajemen konflik dalam rumah tangga, yang dapat diberikan kepada pasangan sebelum dan sesudah menikah.
Ketiga, deteksi dini terhadap potensi konflik dan KDRT sangat penting. BP4 perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk tokoh agama, masyarakat, dan lembaga terkait, untuk mendeteksi dan menangani kasus-kasus tersebut. Keempat, perlu adanya program yang mendukung ekonomi keluarga, khususnya bagi perempuan, untuk mengurangi beban ekonomi yang seringkali menjadi pemicu konflik rumah tangga.
Terakhir, perlu adanya sosialisasi dan kampanye publik yang masif mengenai pentingnya ketahanan keluarga dan bahaya perceraian. Kampanye ini dapat dilakukan melalui berbagai media, baik online maupun offline, untuk menjangkau masyarakat luas. Dengan strategi yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan BP4 dapat memainkan peran yang lebih besar dalam memperkuat ketahanan keluarga di Indonesia dan menurunkan angka perceraian.
Menangani masalah perceraian membutuhkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Peran BP4 sebagai lembaga yang fokus pada pembinaan dan pelestarian perkawinan sangat krusial dalam upaya membangun masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera.