Tantangan Keluarga Muda: Turunnya Angka Pernikahan dan Meningkatnya Perceraian di Kalangan Gen-Z
LKKNU Jatim soroti pernikahan dan perceraian di kalangan Gen-Z.

Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Jawa Timur menggelar webinar bertajuk "Refleksi Gerakan Keluarga Maslahah: Antara Tradisi dan Modernitas". Webinar ini menyoroti penurunan angka pernikahan dan peningkatan angka perceraian di kalangan Generasi Z (Gen-Z). Ketua LKK PWNU Jawa Timur, H. M. Isa Anshori, menyatakan, "Di tengah arus modernitas yang serba cepat, keluarga di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang kompleks."
Data Perceraian Mencemaskan
Dalam kesempatan tersebut, H. M. Isa Anshori mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa pada tahun 2023, kasus perceraian di Indonesia mencapai 463.654 kasus. Mayoritas dari perceraian tersebut merupakan cerai gugat yang diajukan oleh pihak istri. "Ini memprihatinkan, karena sebagian besar pasangan muda tersebut tidak memiliki kesiapan yang cukup dalam membangun rumah tangga," ujarnya. Kesiapan emosional yang rendah, kurangnya komunikasi efektif, dan minimnya pemahaman tentang hakikat pernikahan menjadi akar permasalahan yang sering dihadapi oleh pasangan muda.
Edukasi untuk Generasi Muda
Nyai Nurun Sariyah M.H. dari Pesantren Syafi'iyah Banyuwangi menekankan pentingnya edukasi untuk mengatasi konflik keluarga dari perspektif fiqih. Ia menyarankan agar LKKNU melakukan kampanye edukasi yang lebih menarik bagi generasi milenial dan Gen-Z. "Tentu caranya disesuaikan dengan mereka yang mungkin lebih suka grafis atau video untuk memaparkan pentingnya nilai-nilai Islam dan NU dalam keluarga maslahah," ujarnya. Pendekatan fikih yang diprioritaskan mencakup lima aspek: rahmah (kasih sayang), akhlak (hubungan baik antar-anggota keluarga), tauhid (kehambaan utama pada Allah), khalifah fil ardli (tanggung jawab kemanusiaan), dan maqashid syariah (menjaga jiwa dan harta).
Peran Kesehatan Reproduksi Perempuan
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unair Surabaya, Prof Dr Eighty Mardiyan, juga menyoroti pentingnya edukasi tentang kesehatan reproduksi perempuan. Ia mengungkapkan bahwa pada tahun 2015, terdapat 305 ibu meninggal dunia dari setiap 100.000 kelahiran. "Peran ibu itu penting untuk mewujudkan keluarga maslahah, karena kebersamaan ibu dengan anak itu penting hingga dewasa dan berkeluarga," jelasnya. Ia menambahkan bahwa jika ibu tidak sehat, maka keberlangsungan keluarga maslahah akan terancam, sehingga edukasi tentang kesehatan reproduksi perempuan menjadi sangat krusial.
Komunikasi Sebagai Kunci Keluarga Bahagia
Pakar komunikasi dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Dr Dewi Quraisyin, menekankan pentingnya komunikasi dalam membangun kasih sayang dalam pernikahan. Menurutnya, tujuan pernikahan tidak hanya sebatas agama, tetapi juga mencakup tiga aspek: sakinah (ketenangan jiwa), mawaddah (saling cinta), dan rahmah (kasih sayang). "Kuncinya adalah komunikasi yang solutif, yaitu memahami orang lain dan mendengarkan," ungkapnya. Ia menambahkan bahwa komunikasi yang efektif sangat penting, terutama di era digital ini, di mana pembatasan perlu diterapkan agar komunikasi tetap berjalan dengan baik.