Mengatasi Kekeringan, Pemkab Simeulue Bangun Waduk Raksasa untuk Pertanian: Pulau Terluar Aceh Siap Panen di Musim Kemarau
Pemkab Simeulue segera bangun waduk raksasa untuk mengatasi kekeringan lahan pertanian tadah hujan. Proyek Waduk Simeulue ini diharapkan terealisasi 2026, menjamin pasokan air bagi petani.

Pemerintah Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh, berencana membangun waduk penampungan air hujan berskala besar. Inisiatif ini digagas oleh Dinas Pertanian dan Pangan setempat untuk mengatasi permasalahan kekeringan. Waduk ini akan menjadi solusi vital bagi areal persawahan yang selama ini mengandalkan curah hujan.
Pembangunan waduk ini diusulkan agar terealisasi pada tahun 2026, dengan harapan mendapatkan dukungan anggaran dari Kementerian Pertanian. Tujuannya adalah memastikan ketersediaan air irigasi bagi petani, terutama saat musim kemarau panjang. Hal ini akan menjawab keresahan para petani yang kerap kesulitan mengairi lahan mereka.
Lokasi utama yang akan merasakan manfaatnya adalah Kecamatan Teupah Selatan, di mana sebagian besar lahan pertanian merupakan sawah tadah hujan. Waduk ini dirancang dengan kapasitas besar, mampu menampung air hingga kedalaman sembilan meter. Air yang tertampung diperkirakan cukup untuk mengairi puluhan hektare lahan pertanian di wilayah tersebut.
Tantangan Pertanian Tadah Hujan di Simeulue
Samsuar, Kepala Distanpan Simeulue, menegaskan urgensi pembangunan waduk ini. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar persawahan di Simeulue, khususnya di Teupah Selatan, adalah sawah tadah hujan. Kondisi ini menyebabkan petani sangat bergantung pada musim hujan untuk aktivitas tanam mereka.
Saat musim kemarau tiba, lahan pertanian seringkali mengalami kekeringan parah. Akibatnya, petani tidak dapat mengolah sawah mereka secara optimal. Ketersediaan air menjadi faktor krusial yang menghambat produktivitas pertanian di pulau terluar ini.
Camat Teupah Selatan, Aleksender, turut menyampaikan aspirasi serupa. Selain waduk, pihaknya juga mengusulkan pembangunan sumur bor bertenaga surya. Langkah ini diharapkan dapat melengkapi solusi pengairan untuk mengatasi defisit air.
Pj. Kepala Desa Lataling, Husnawati, menyambut baik rencana tersebut. Ia menyatakan kesiapan masyarakat untuk menyediakan lahan bagi pembangunan waduk. Dukungan penuh dari warga menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan infrastruktur pengairan ini.
Potensi dan Dukungan untuk Ketahanan Pangan Lokal
Waduk yang direncanakan memiliki kedalaman antara tujuh hingga sembilan meter. Kapasitas penampungan air yang besar ini dirancang untuk mencukupi kebutuhan irigasi puluhan hektare sawah. Ini merupakan investasi jangka panjang untuk ketahanan pangan di Simeulue.
Dengan adanya fasilitas pengairan yang memadai, petani dapat melakukan penanaman lebih teratur. Mereka tidak lagi harus khawatir akan kegagalan panen akibat kekeringan. Pembangunan ini akan membuka peluang peningkatan hasil pertanian secara signifikan.
Simeulue sendiri merupakan kabupaten kepulauan terluar di Provinsi Aceh, berjarak sekitar 180 mil laut dari pesisir barat Sumatra. Wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak 1999. Dengan 10 kecamatan dan 138 desa, Simeulue dihuni sekitar 94 ribu jiwa.
Posisi geografisnya yang unik menjadikan Simeulue rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk musim kemarau ekstrem. Oleh karena itu, pembangunan Waduk Simeulue ini bukan hanya sekadar proyek infrastruktur, melainkan sebuah kebutuhan fundamental. Ini akan menjamin keberlanjutan sektor pertanian dan kesejahteraan masyarakat lokal.