Mensos Belajar ke Joglo Tani untuk Konsep Sekolah Rakyat
Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengunjungi Joglo Tani di Sleman, Yogyakarta, untuk mempelajari praktik baik dalam pertanian guna mengembangkan konsep 'sekolah rakyat' yang ditargetkan mulai tahun 2026.
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengunjungi Joglo Tani di Sleman, Yogyakarta, Jumat (17/1). Kunjungan ini bertujuan menyerap praktik baik untuk pengembangan konsep 'sekolah rakyat' yang tengah digagas. Joglo Tani, yang telah memberdayakan masyarakat melalui pertanian sejak 2008, dipilih sebagai tempat belajar terbaik.
Gus Ipul menjelaskan, Joglo Tani dipilih karena keberhasilannya dalam mengajarkan pertanian dan peternakan. Ribuan orang dari berbagai latar belakang, termasuk siswa SMK, mahasiswa, hingga calon pensiunan, telah belajar di tempat ini. Ia melihat Joglo Tani sebagai contoh ideal bagaimana memberdayakan masyarakat melalui ketahanan pangan.
"Jadi ini (Joglo Tani) salah satu cara kita belajar mengenai praktik-praktik lapangan," ujar Gus Ipul dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu. Ia berharap, kisah sukses Joglo Tani dapat menginspirasi generasi muda, khususnya dalam konteks 'sekolah rakyat' yang direncanakan mulai tahun 2026.
Kemensos menargetkan penyelesaian perencanaan konsep 'sekolah rakyat' pada tahun ini. Implementasinya diharapkan dapat dimulai pada tahun 2026 mendatang, setelah mendapatkan persetujuan Presiden. Kemensos berkomitmen untuk mengakomodasi masukan dari para pakar pendidikan dan terus mematangkan konsep tersebut.
Meskipun belum ada keputusan final terkait adopsi kurikulum Joglo Tani, Gus Ipul memastikan Joglo Tani akan menjadi salah satu pertimbangan penting. Konsep 'sekolah rakyat' akan fokus pada ketahanan pangan dan pemberdayaan petani milenial. Berbagai model pemberdayaan lain juga akan dipertimbangkan.
Sekolah rakyat ini direncanakan akan dilengkapi dengan ekstrakurikuler, seperti bertani dan bercocok tanam. Model Joglo Tani dianggap sangat praktis dan inklusif karena dapat diikuti oleh siapa saja tanpa batasan usia. Hal ini sejalan dengan misi Presiden untuk membangun pertanian dan ketahanan pangan berbasis komunitas.
Kemensos juga akan mendorong Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk berkontribusi dalam ketahanan pangan melalui program pertanian milenial dan model serupa Joglo Tani. Salah satu tantangan pertanian di Indonesia adalah kurangnya minat generasi muda, yang disebabkan oleh harga jual hasil pertanian yang kurang menguntungkan.
Gus Ipul mengapresiasi To Suprapto, pendiri Joglo Tani, atas upaya membangkitkan minat generasi muda dalam pertanian. Indonesia membutuhkan petani milenial yang inovatif dan memanfaatkan perkembangan sains dan teknologi. To Suprapto sendiri menyatakan Joglo Tani telah memberdayakan 1.500 orang untuk menjadi sarjana pertanian, serta siap membantu Kemensos dalam pengembangan kurikulum dan program 'sekolah rakyat'.