Modifikasi Cuaca Dikerahkan untuk Kurangi Hujan di Bekasi
Menko PMK Pratikno berharap operasi modifikasi cuaca dapat mengurangi intensitas hujan di Bekasi yang terdampak banjir, didukung upaya pemompaan air dan evakuasi warga.

Banjir yang melanda Kota Bekasi akibat curah hujan ekstrem sejak Senin, 3 Maret 2025, telah mendorong pemerintah untuk mengambil langkah cepat dalam penanggulangan bencana. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, mengungkapkan harapannya agar operasi modifikasi cuaca dapat membantu mengurangi intensitas hujan yang berlebihan di wilayah tersebut. Upaya ini dilakukan mengingat prakiraan curah hujan yang masih tinggi di wilayah Jabodetabek dalam 10 hari ke depan.
"Untuk mengurangi curah hujan yang berlebihan, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) melakukan tambahan pesawat untuk modifikasi cuaca, dengan menurunkan mendung di laut supaya tidak turun di daratan. Tadi malam, semalam penuh ada penambahan untuk operasi modifikasi cuaca," jelas Pratikno dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 5 Maret 2025. Langkah ini diharapkan dapat meringankan beban warga Bekasi yang masih terdampak banjir.
Selain operasi modifikasi cuaca, pemerintah juga gencar melakukan berbagai upaya lain untuk membantu warga Bekasi. Kondisi cuaca di Bekasi dilaporkan sudah mulai membaik pada Rabu, 5 Maret 2025, namun pemerintah tetap memonitor situasi secara ketat. "Kita lihat hari ini juga sudah mulai jauh lebih baik. Kita terus memonitor, termasuk kondisi di Bekasi sudah jauh lebih baik," tambah Pratikno.
Upaya Pemerintah Tanggulangi Banjir Bekasi
Tidak hanya mengandalkan modifikasi cuaca, pemerintah juga mengerahkan berbagai sumber daya untuk mengatasi banjir di Bekasi. Pemompaan air dilakukan secara intensif untuk mempercepat surutnya genangan air. "Tadi malam, pompa-pompa air dikerahkan untuk mempercepat genangan-genangan air surut di Kota Bekasi," ungkap Pratikno. Upaya ini diharapkan dapat membantu warga yang rumahnya terendam banjir.
Evakuasi warga terdampak banjir juga menjadi prioritas utama pemerintah. Proses evakuasi dilakukan untuk memastikan keselamatan warga dan memberikan bantuan darurat. "Evakuasi ini penting untuk tanggap darurat dan juga pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar ya, seperti makanan, pakaian, baik di pengungsian maupun di luar pengungsian," tegas Pratikno. Pemerintah juga menyalurkan kebutuhan dasar masyarakat terdampak, seperti makanan dan pakaian.
Tujuh kecamatan di Kota Bekasi terdampak banjir, yaitu Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Medan Satria, Jatiasih, Pondok Gede, dan Rawalumbu. Data ini diperoleh dari Satgas Tanggap Darurat Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Barat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi. Banjir disebabkan oleh curah hujan ekstrem yang menyebabkan sungai-sungai meluap dan menggenangi permukiman warga serta beberapa fasilitas umum.
Kondisi Terkini dan Dampak Banjir
Berdasarkan laporan pada 4 Maret 2025, banjir di beberapa lokasi di Kota Bekasi belum surut sepenuhnya. Beberapa wilayah juga mengalami pemadaman listrik. Pihak berwenang masih terus berupaya melakukan evakuasi warga dan mendata korban serta fasilitas umum yang terdampak. Situasi ini menunjukkan besarnya tantangan yang dihadapi dalam penanggulangan bencana ini.
Pemerintah berkomitmen untuk terus memantau dan memberikan dukungan penuh kepada warga Bekasi yang terdampak banjir. Operasi modifikasi cuaca, pemompaan air, dan evakuasi warga merupakan bagian dari upaya terpadu untuk mengatasi bencana ini. Diharapkan, dengan berbagai upaya tersebut, kondisi di Bekasi dapat segera pulih dan warga dapat kembali beraktivitas normal.
Selain itu, pemerintah juga terus berupaya untuk meningkatkan sistem peringatan dini dan infrastruktur untuk mengurangi dampak bencana banjir di masa mendatang. Hal ini penting untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.