Musim Transisi: Tim Gabungan Sigap Tangani Kebakaran Hutan dan Angin Puting Beliung, Perkuat Penanganan Bencana Sumatera Utara
Tim gabungan terus berupaya dalam Penanganan Bencana Sumatera Utara, menghadapi kebakaran hutan dan angin puting beliung yang melanda beberapa wilayah. Simak detail penanganan dan imbauan kesiapsiagaan.

Tim gabungan di Sumatera Utara sedang menghadapi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta angin puting beliung. Upaya penanganan ini melibatkan berbagai pihak untuk memitigasi dampak yang terjadi. Kejadian ini terjadi di tengah musim transisi yang rentan terhadap bencana hidrometeorologi.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, karhutla mulai terjadi pada Rabu di Kecamatan Padang Bolak Julu, Kabupaten Padang Lawas Utara. Kebakaran tersebut telah melahap sekitar 10 hektare lahan. Tim di lapangan bekerja keras mencegah api meluas ke permukiman.
Sementara itu, hampir bersamaan, hujan deras disertai angin kencang memicu angin puting beliung di beberapa desa di Kabupaten Deli Serdang. Bencana ini telah berdampak pada puluhan keluarga dan menyebabkan kerusakan rumah. Penanganan yang cepat dan terkoordinasi menjadi kunci dalam menghadapi situasi darurat ini.
Upaya Penanganan Karhutla di Padang Lawas Utara
Tim gabungan yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang Lawas Utara, Dinas Pemadam Kebakaran setempat, dan masyarakat bahu-membahu memadamkan api. Mereka fokus pada upaya lokalisasi api agar tidak merembet ke area yang lebih padat penduduk. Koordinasi yang kuat antarpihak sangat penting dalam situasi seperti ini.
Abdul Muhari menjelaskan bahwa prioritas utama adalah mencegah penyebaran api ke permukiman warga. Selain itu, tim juga membantu warga yang membutuhkan evakuasi jika kondisi memburuk. Kesiapsiagaan dini dan respons cepat menjadi faktor penentu keberhasilan penanganan karhutla.
Dampak Angin Puting Beliung di Deli Serdang
Angin puting beliung melanda beberapa desa di Deli Serdang, termasuk Pantai Labu, Perkebunan Ramunia, Pantai Labu Pekan, Paluh Sibaji, Regemuk, Pematang Biara, Kelambir, dan Durian. Kejadian ini menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur rumah tangga. Intensitas angin yang tinggi menyebabkan kerusakan yang bervariasi.
Bencana ini berdampak pada 31 keluarga, dengan 31 rumah mengalami kerusakan ringan hingga sedang. Tim lapangan dari BPBD Deli Serdang masih terus melakukan pendataan lengkap mengenai kerugian material. Mereka bekerja sama dengan perangkat desa untuk memastikan semua data tercatat akurat.
Sebagai respons cepat, tim BPBD Deli Serdang bersama aparat desa telah mendistribusikan bantuan kepada korban. Mereka juga melakukan perbaikan darurat pada rumah-rumah yang rusak. Langkah ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak dan mempercepat proses pemulihan.
Peningkatan Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Transisi
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat di Sumatera Utara untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana. Musim transisi antara kemarau dan hujan memang membawa risiko tinggi, baik karhutla maupun banjir. Edukasi dan sosialisasi mitigasi bencana menjadi krusial.
Muhari menekankan pentingnya deteksi dini melalui patroli rutin di area rawan kebakaran. Optimalisasi menara pantau dan pos jaga juga perlu dilakukan secara berkala. Selain itu, pemantauan informasi cuaca terbaru harus menjadi rutinitas bagi semua pihak terkait.
Langkah-langkah proaktif ini diharapkan dapat meminimalkan dampak bencana yang mungkin terjadi. Keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pencegahan juga sangat diharapkan. Sinergi antara pemerintah dan warga adalah kunci utama dalam membangun ketahanan bencana.
Antisipasi Pemerintah Terhadap Karhutla Jangka Panjang
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, sebelumnya menyatakan bahwa pemerintah tetap siaga tinggi terhadap karhutla hingga akhir Agustus 2025. Pernyataan ini menunjukkan komitmen jangka panjang pemerintah dalam mengatasi masalah kebakaran lahan. Kewaspadaan harus terus ditingkatkan.
Pemerintah juga merencanakan operasi modifikasi cuaca, seperti penyemaian awan, jika kondisi memungkinkan. Upaya ini akan terus dilakukan hingga akhir Agustus untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran. Teknologi modifikasi cuaca diharapkan dapat menjadi solusi efektif.
Strategi komprehensif ini mencakup aspek pencegahan, penanganan, dan pemulihan. Kolaborasi lintas sektor dan dukungan teknologi menjadi pilar utama dalam menghadapi ancaman karhutla. Semua pihak harus bersinergi untuk menjaga kelestarian lingkungan.