NTB Kajian Biologi Gurita Selat Alas: Produksi Meningkat, Kelola Lestari Jadi Kunci
Peningkatan produksi gurita di Selat Alas, NTB, mendorong kajian mendalam aspek biologi dan habitatnya untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan demi kesejahteraan nelayan dan kelestarian ekosistem.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah gencar mengkaji aspek biologi dan habitat gurita di Selat Alas. Selat yang terletak di antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa ini menjadi sorotan karena peningkatan produksi gurita yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kajian ini bertujuan untuk memastikan pengelolaan perikanan berkelanjutan yang berdampak positif bagi nelayan dan kelestarian lingkungan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, Muslim, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian penting dari strategi pembangunan agromaritim yang kuat. Tidak hanya fokus pada peningkatan produksi, tetapi juga memperhatikan dampak terhadap ekosistem dan kesejahteraan masyarakat pesisir. "Langkah itu adalah bagian penting dari penguatan tata kelola perikanan, tidak hanya hanya memikirkan hasil laut, tetapi juga dampak terhadap ekosistem dan kesejahteraan masyarakat pesisir," ungkap Muslim di Mataram, Rabu.
Data produksi gurita di Selat Alas menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan. Dari 589.862 kilogram pada tahun 2019, produksi sempat menurun menjadi 227.910 kilogram di tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. Namun, produksi kembali meningkat hingga mencapai 908.850 kilogram pada tahun 2023, menunjukan peningkatan sebesar 36,57 persen dibandingkan tahun 2022.
Pentingnya Kajian Biologi dan Habitat Gurita
Penelitian yang dilakukan oleh Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram mengungkapkan spesies Octopus cyanea sebagai jenis gurita yang paling banyak ditemukan di Selat Alas. Riset yang berlangsung selama empat bulan, dari April hingga Juli 2023, juga menemukan perbedaan ukuran antara gurita jantan dan betina, dengan gurita betina cenderung berukuran lebih besar. Informasi ini sangat krusial untuk memahami siklus hidup dan pola reproduksi gurita di wilayah tersebut.
Hasil riset ini semakin menguatkan pentingnya pengelolaan sumber daya gurita secara berkelanjutan. Dengan memahami aspek biologi dan habitatnya secara lebih mendalam, pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang tepat untuk menjaga populasi gurita dan mencegah eksploitasi berlebihan. Hal ini juga akan berdampak positif pada pendapatan nelayan dan keberlanjutan sektor perikanan di NTB.
Inisiatif inovatif juga telah dilakukan oleh nelayan di Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat. Kelompok nelayan yang tergabung dalam Persaudaraan Nelayan Gurita (Pelita) menerapkan sistem penutupan kawasan perairan selama tiga bulan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan gurita. Sistem ini telah diterapkan secara bergantian di Pulau Paserang (2021), Pulau Madiki (2022), dan Pulau Kambing (2023).
Strategi Ecolabelling untuk Pasar Global
Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Syahril Abd, menekankan pentingnya penerapan ecolabelling untuk meningkatkan daya saing produk gurita NTB di pasar global. Ecolabelling merupakan label yang menunjukan bahwa produk tersebut dihasilkan dengan cara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan adanya label ini, produk gurita dari NTB akan lebih mudah diterima oleh pasar internasional yang semakin peduli dengan isu lingkungan.
Penerapan ecolabelling akan mendorong pengelolaan perikanan gurita yang lebih bertanggung jawab. Hal ini akan memberikan nilai tambah bagi produk gurita NTB dan meningkatkan pendapatan nelayan. Selain itu, penerapan ecolabelling juga akan membantu menjaga kelestarian ekosistem laut dan memastikan keberlanjutan sektor perikanan untuk generasi mendatang. Dengan demikian, kajian biologi gurita di Selat Alas menjadi langkah strategis untuk mencapai tujuan tersebut.
Kesimpulannya, peningkatan produksi gurita di Selat Alas menuntut pengelolaan yang bijak dan berkelanjutan. Kajian biologi dan habitat gurita, dikombinasikan dengan inisiatif lokal seperti yang dilakukan oleh Pelita dan dukungan pemerintah melalui strategi ecolabelling, diharapkan dapat memastikan keberlanjutan sektor perikanan dan kesejahteraan nelayan di NTB.