NTP Petani Lampung Naik 1,91 Persen di Februari 2025
Nilai Tukar Petani (NTP) di Lampung meningkat 1,91 persen di Februari 2025, melampaui angka nasional dan didorong kenaikan subsektor perkebunan rakyat.

Bandarlampung, 03 Maret 2025 (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung mengumumkan kabar baik bagi petani di Provinsi Lampung. Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Lampung mengalami kenaikan sebesar 1,91 persen pada Februari 2025 dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini menunjukkan peningkatan daya beli petani Lampung di tengah dinamika ekonomi nasional. Hal ini diumumkan secara daring oleh Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Lampung, Muhammad Ilham Salam, pada Senin.
Secara spesifik, NTP Lampung pada Februari 2025 tercatat sebesar 134,59. Angka ini meningkat signifikan dari angka 132,07 pada Januari 2025. Kenaikan ini bahkan melampaui NTP nasional yang hanya mencapai 123,45, menunjukkan kinerja sektor pertanian Lampung yang positif dan menjanjikan.
Berbagai faktor berkontribusi terhadap peningkatan NTP ini. Salah satu faktor kunci adalah kenaikan harga komoditas pertanian unggulan di Lampung, yang berdampak positif terhadap pendapatan petani. Pemerintah Provinsi Lampung juga terus berupaya meningkatkan kesejahteraan petani melalui berbagai program dan kebijakan pendukung.
Analisis Subsektor Pertanian Lampung
BPS Lampung juga memberikan rincian lebih lanjut mengenai perkembangan NTP berdasarkan subsektor pertanian. Subsektor perkebunan rakyat menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, mengalami kenaikan sebesar 4,23 persen, dari 175,23 pada Januari menjadi 182,64 pada Februari. Kenaikan ini menunjukkan peningkatan permintaan dan harga komoditas perkebunan rakyat di pasar.
Subsektor peternakan juga mencatatkan kenaikan, meskipun lebih kecil, yaitu sebesar 0,20 persen, dari 100,56 di Januari menjadi 100,76 di Februari. Sementara itu, subsektor perikanan tangkap juga mengalami peningkatan sebesar 1,46 persen, dari 112,75 menjadi 114,40. Kenaikan ini menunjukkan potensi besar sektor perikanan di Lampung.
Di sisi lain, beberapa subsektor lain mengalami penurunan. Subsektor tanaman pangan mengalami penurunan 0,12 persen, hortikultura turun 3,92 persen, dan perikanan budi daya juga mengalami penurunan sebesar 0,12 persen. Penurunan ini perlu menjadi perhatian pemerintah dan stakeholders terkait untuk mencari solusi dan strategi peningkatan produktivitas.
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Lampung
Selain NTP, BPS Lampung juga mencatat perkembangan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) di Lampung. Pada Februari 2025, NTUP Lampung naik 1,21 persen dari bulan ke bulan, dari 134,29 di Januari menjadi 135,91 di Februari. Tren positif ini menunjukkan peningkatan profitabilitas usaha pertanian di Lampung.
Subsektor perkebunan rakyat kembali menjadi penopang utama kenaikan NTUP, dengan peningkatan sebesar 3,30 persen, dari 176,01 menjadi 181,82. Subsektor peternakan dan perikanan tangkap juga mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 0,08 persen dan 1,13 persen. Namun, serupa dengan NTP, subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan perikanan budi daya mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,78 persen, 4,51 persen, dan 0,77 persen.
"Bila dilihat berdasarkan subsektor, tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan 4,23 persen dari 175,23 di Januari menjadi 182,64 di Februari. Subsektor peternakan naik 0,20 persen dari 100,56 di Januari menjadi 100,76 di Februari," jelas Ilham Salam.
Data ini menunjukkan bahwa sektor perkebunan rakyat menjadi penggerak utama peningkatan NTP dan NTUP di Lampung. Pemerintah perlu memperhatikan hal ini dan terus mendukung pengembangan sektor perkebunan rakyat agar kesejahteraan petani Lampung terus meningkat.
Secara keseluruhan, data BPS Lampung menunjukkan tren positif pada sektor pertanian di Provinsi Lampung. Peningkatan NTP dan NTUP menunjukkan peningkatan daya beli dan profitabilitas usaha pertanian. Namun, perlu adanya perhatian khusus terhadap subsektor yang mengalami penurunan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan merata bagi seluruh petani di Lampung.