Nilai Tukar Petani Babel Anjlok 4,55 Persen di April 2025: Sektor Perkebunan Rakyat Terdampak Terbesar
Nilai Tukar Petani (NTP) di Bangka Belitung turun 4,55 persen di April 2025, disebabkan penurunan indeks harga diterima petani pada sektor perkebunan rakyat dan beberapa komoditas lainnya.

Nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mengalami penurunan signifikan sebesar 4,55 persen pada bulan April 2025. Penurunan ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat NTP sebesar 149,01, menurun dari angka 156,12 pada bulan Maret 2025. Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel, Toto Haryanto Silitonga, menjelaskan penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang memengaruhi perekonomian petani di daerah tersebut.
Penurunan NTP ini terutama disebabkan oleh penurunan indeks harga diterima petani (It) sebesar 3,39 persen, sementara indeks harga dibayar petani (Ib) justru mengalami kenaikan sebesar 1,22 persen. Kondisi ini menunjukkan adanya disparitas antara harga komoditas pertanian yang diterima petani dengan harga barang dan jasa yang mereka konsumsi. Lebih lanjut, Toto Haryanto menjelaskan dampak penurunan NTP terhadap subsektor pertanian di Bangka Belitung.
Dampak penurunan NTP dirasakan cukup signifikan di beberapa subsektor pertanian. Penurunan indeks harga diterima petani terlihat jelas pada subsektor tanaman pangan (turun 1,98 persen), tanaman perkebunan rakyat (turun 5,99 persen), dan peternakan (turun 2,45 persen). Sebaliknya, subsektor hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 11,72 persen dan perikanan naik 1,68 persen. Kondisi ini menunjukkan adanya ketimpangan dalam pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian Babel.
Analisis Indeks Harga Diterima Petani (It)
Indeks harga diterima petani (It) merupakan indikator penting yang menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada April 2025, It secara keseluruhan turun 3,39 persen, dari 189,51 menjadi 183,09. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan It pada tanaman pangan (turun 0,60 persen), tanaman perkebunan rakyat (turun 4,80 persen), dan peternakan (turun 1,53 persen). Namun, subsektor hortikultura dan perikanan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, masing-masing sebesar 12,98 persen dan 2,67 persen.
Penurunan harga pada komoditas perkebunan rakyat menjadi sorotan utama dalam penurunan It. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk mencari solusi dan strategi untuk meningkatkan harga jual komoditas tersebut. Peningkatan harga pada subsektor hortikultura dan perikanan dapat menjadi potensi untuk meningkatkan pendapatan petani di sektor tersebut. Diversifikasi komoditas pertanian menjadi salah satu solusi untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas yang mengalami penurunan harga.
Pemerintah daerah perlu melakukan evaluasi dan intervensi untuk mengatasi penurunan harga komoditas pertanian, khususnya pada sektor perkebunan rakyat. Program peningkatan kualitas produk, pengembangan pasar, dan dukungan akses teknologi pertanian modern dapat menjadi solusi untuk meningkatkan daya saing komoditas pertanian Babel di pasar.
Analisis Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)
Indeks harga dibayar petani (Ib) mencerminkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh petani. Pada April 2025, Ib mengalami kenaikan sebesar 1,22 persen, dari 121,39 menjadi 122,87. Kenaikan Ib ini menunjukkan peningkatan biaya hidup petani, yang dapat mengurangi daya beli mereka meskipun ada peningkatan pendapatan di beberapa subsektor.
Kenaikan Ib perlu dipertimbangkan dalam konteks penurunan NTP. Meskipun beberapa subsektor pertanian mengalami peningkatan, kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani dapat mengurangi dampak positif peningkatan tersebut terhadap pendapatan petani. Pemerintah perlu memperhatikan keseimbangan antara harga komoditas pertanian dan harga barang dan jasa yang dibutuhkan petani.
Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas harga barang dan jasa yang dibutuhkan petani. Kebijakan subsidi dan bantuan sosial dapat membantu meringankan beban biaya hidup petani dan meningkatkan daya beli mereka. Penting juga untuk memperhatikan akses petani terhadap input pertanian, seperti pupuk dan pestisida, agar biaya produksi dapat ditekan.
Kesimpulannya, penurunan NTP di Babel pada April 2025 merupakan isu yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah. Penurunan harga komoditas pertanian, khususnya di sektor perkebunan rakyat, dan kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani, perlu diatasi dengan strategi yang tepat dan terintegrasi. Peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan mereka menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi di Bangka Belitung.