Optimisme Kemendag: Sektor Ritel Indonesia Tetap Tumbuh Positif
Meskipun beberapa toko ritel terpaksa tutup, Kementerian Perdagangan optimistis sektor ritel Indonesia akan tetap tumbuh positif berkat kolaborasi dan adaptasi digital.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan optimisme terhadap pertumbuhan sektor ritel Indonesia, meskipun sejumlah ritel terpaksa menutup usahanya. Direktur Bina Usaha Perdagangan Kemendag, Septo Soepriyatno, mengungkapkan keyakinan akan pertumbuhan positif yang moderat. Pertumbuhan ini, menurutnya, sangat bergantung pada ekosistem industri yang kondusif dan kolaborasi antara pemerintah, lembaga terkait, dan sektor swasta untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Septo menambahkan bahwa Kemendag akan melakukan evaluasi dan harmonisasi regulasi, khususnya aturan distribusi barang konvensional dan perdagangan sistem elektronik (PSME). Langkah ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih sehat dan mendukung pertumbuhan ritel. Selain itu, Kemendag juga akan rutin mengadakan pertemuan dengan pelaku usaha ritel untuk membahas tantangan dan peluang yang ada, serta memberikan pendampingan berbasis data agar pelaku usaha siap beradaptasi dengan perkembangan pesat ekosistem digital.
Optimisme Kemendag ini sejalan dengan pandangan Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo). Meskipun mengakui adanya penutupan sejumlah toko ritel, terutama di perkotaan, Hippindo tetap melihat prospek positif untuk industri ritel Indonesia. Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah, menjelaskan bahwa tingginya biaya operasional dan persaingan dengan ritel berskala besar menjadi penyebab utama penutupan tersebut. "Karena satu, mungkin costing-nya besar. Misalnya tokonya cuma 10. Tidak bisa bersaing dengan yang tokonya banyak," ungkap Budihardjo.
Tantangan dan Peluang di Sektor Ritel
Pergeseran preferensi konsumen ke platform online juga menjadi tantangan signifikan bagi ritel konvensional. Namun, Budihardjo menekankan bahwa pasar domestik Indonesia yang besar, dengan populasi sekitar 270 juta jiwa, tetap menjadi potensi yang luar biasa. Peluang ekspor juga dinilai mampu mendorong pertumbuhan industri ritel.
Proyeksi pertumbuhan ritel bervariasi antar segmen. Segmen personal care, misalnya, diproyeksikan tumbuh hingga 10 persen, didorong oleh penjualan online. Sementara itu, segmen minimarket diperkirakan tumbuh sekitar 8-9 persen. Budihardjo juga menyinggung potensi dampak perang dagang AS-China terhadap ekonomi secara keseluruhan, yang dapat mempengaruhi kelanjutan penutupan toko ritel di tahun ini.
Kemendag menyadari pentingnya kolaborasi untuk menghadapi tantangan tersebut. Dengan memperbaiki ekosistem industri dan mendorong adaptasi digital, Kemendag berupaya memastikan sektor ritel Indonesia tetap tumbuh dan berkembang. Pendampingan dan fasilitasi bagi para pelaku usaha ritel menjadi kunci keberhasilan strategi ini. Pemerintah juga akan terus melakukan evaluasi dan harmonisasi regulasi untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif.
Strategi Kemendag untuk Mendukung Pertumbuhan Ritel
- Evaluasi dan harmonisasi regulasi distribusi barang konvensional dan PSME.
- Pertemuan berkala dengan pelaku usaha ritel untuk membahas peluang dan tantangan.
- Fasilitasi dan pendampingan berbasis data kepada pelaku usaha ritel untuk adaptasi digital.
Dengan strategi yang komprehensif ini, Kemendag optimistis sektor ritel Indonesia akan mampu menghadapi tantangan dan terus tumbuh secara positif di masa mendatang. Dukungan pemerintah dan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak akan menjadi kunci keberhasilan dalam memajukan industri ritel Tanah Air. Potensi pasar domestik yang besar dan peluang ekspor diharapkan mampu menjadi penggerak utama pertumbuhan sektor ini.