Pakar Dorong Materi Toksikologi Masuk Kurikulum Kesehatan: Wajib untuk Dokter Masa Depan?
Prof. Ilmiawati dari Unand menekankan pentingnya integrasi toksikologi dalam kurikulum pendidikan kesehatan untuk membekali tenaga medis dalam menghadapi ancaman zat berbahaya di era modern.

Padang, 19 Februari 2024 - Seorang pakar toksikologi dari Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat, Prof. Ilmiawati, menyerukan perlunya penambahan materi toksikologi dalam kurikulum pendidikan kesehatan di Indonesia. Seruan ini muncul sebagai respons terhadap meningkatnya paparan zat berbahaya di lingkungan dan pentingnya tenaga kesehatan yang terampil dalam menanganinya. Prof. Ilmiawati menyampaikan hal tersebut di Padang pada hari Rabu.
Menurut Prof. Ilmiawati, pemahaman toksikologi sangat krusial bagi tenaga kesehatan. Dengan pengetahuan ini, mereka dapat lebih efektif dalam mengenali, mendiagnosis, dan menangani berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan paparan toksikan. Hal ini penting mengingat semakin kompleksnya masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat saat ini.
Toksikologi, sebagai ilmu yang mempelajari efek berbahaya zat kimia, biologi, dan fisik pada organisme hidup dan lingkungan, menjadi semakin relevan di tengah perkembangan teknologi dan industrialisasi yang pesat. Dengan integrasi materi ini ke dalam kurikulum, diharapkan dokter, perawat, dan peneliti masa depan memiliki bekal pengetahuan yang memadai untuk menghadapi tantangan tersebut.
Integrasi Toksikologi: Suatu Keharusan
Prof. Ilmiawati menjelaskan bahwa penelitian menunjukkan mahasiswa kedokteran yang mendapatkan pelatihan kesehatan lingkungan lebih siap menangani penyakit kronis akibat paparan toksikan. Temuan ini memperkuat argumennya tentang pentingnya integrasi toksikologi dalam kurikulum pendidikan kesehatan di seluruh perguruan tinggi Indonesia. Ia menekankan bahwa hal ini bukan sekadar usulan, melainkan kebutuhan mendesak.
Di tengah perkembangan teknologi dan industrialisasi, manusia terus-menerus terpapar berbagai bahan kimia berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan. Toksikologi berperan penting dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memberikan solusi untuk meminimalkan risiko paparan toksikan tersebut. Dengan demikian, integrasi toksikologi dalam kurikulum pendidikan kesehatan akan menghasilkan tenaga kesehatan yang lebih kompeten dalam menghadapi ancaman ini.
Lebih lanjut, Prof. Ilmiawati menjelaskan bahwa integrasi toksikologi akan membekali tenaga kesehatan dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang risiko dan manajemen paparan toksikan. Ini akan memungkinkan mereka untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih efektif dan menyeluruh kepada masyarakat.
Langkah-langkah Minimalisasi Paparan Toksikan
Untuk mengurangi paparan toksikan dalam kehidupan sehari-hari, Prof. Ilmiawati memberikan beberapa saran praktis. Ia menganjurkan masyarakat untuk menggunakan produk perawatan pribadi yang organik dan bebas pewangi. Selain itu, penggunaan wadah makanan dari bahan kaca, stainless steel, atau silikon juga disarankan untuk menghindari paparan bahan kimia dari wadah plastik.
Konsumsi makanan segar dan organik juga menjadi bagian penting dari upaya meminimalisasi paparan pestisida. Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, Prof. Ilmiawati menyarankan penggunaan pemurni udara dan produk pembersih alami. Langkah-langkah sederhana ini, jika diterapkan secara konsisten, dapat membantu mengurangi risiko paparan toksikan.
Kesimpulannya, seruan Prof. Ilmiawati untuk memasukkan materi toksikologi ke dalam kurikulum pendidikan kesehatan merupakan langkah penting dalam mempersiapkan tenaga kesehatan yang kompeten dan mampu menghadapi tantangan kesehatan di era modern. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang toksikologi, tenaga kesehatan dapat lebih efektif dalam melindungi masyarakat dari ancaman zat berbahaya dan meningkatkan kualitas kesehatan secara menyeluruh.