Pedagang Ayam di Babel Minta Pemerintah Turunkan Harga Jelang Ramadhan
Pedagang ayam di Pangkalpinang berharap pemerintah menurunkan harga daging ayam yang masih tinggi menjelang Ramadhan 2025, karena permintaan yang lesu akibat daya beli masyarakat yang rendah.

Pangkalpinang, 27 Februari 2025 - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menerima keluhan dari para pedagang ayam di Kota Pangkalpinang. Mereka meminta pemerintah daerah untuk menurunkan harga daging ayam menjelang bulan Ramadhan 2025. Permintaan ini muncul karena lesunya pasar dan daya beli masyarakat yang menurun.
Menurut Plt Asisten II Pemprov Kepulauan Babel, Darlan, aspirasi para pedagang tersebut diterima langsung di Pasar Pagi Pangkalpinang. Mereka berharap harga daging ayam dapat turun menjadi Rp30.000 per kilogram dari harga saat ini yang berkisar antara Rp33.000 hingga Rp35.000 per kilogram.
Kondisi ini diperparah dengan permintaan daging ayam yang masih sepi menjelang Ramadhan. Para pedagang mengeluhkan daya beli masyarakat yang rendah sebagai penyebab utama lesunya penjualan. Hal ini berdampak pada kerugian para pedagang karena ayam yang tidak terjual harus dijual dengan harga lebih murah, bahkan mengalami kerugian akibat penurunan kualitas karena proses pembekuan.
Harga Ayam Tinggi, Daya Beli Menurun
Kepala Biro Ekonomi Setda Provinsi Kepulauan Babel, Ahmad Yani, mengakui bahwa kondisi ekonomi masyarakat saat ini masih rendah. Hal ini berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi daerah. Pemerintah, katanya, akan terus berupaya agar harga kebutuhan pokok, termasuk daging ayam, menjadi lebih terjangkau untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan ini turut dirasakan oleh para pedagang. Neni, salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Pagi Pangkalpinang, mengungkapkan bahwa meskipun harga daging ayam relatif stabil dalam dua pekan terakhir, permintaan tetap lesu. Ia berharap penurunan harga dapat mendongkrak penjualan.
Neni menambahkan, ayam yang tidak terjual harus dibekukan, yang berdampak pada penurunan kualitas dan harga jual. Hal ini menyebabkan pedagang mengalami kerugian karena harus menjual dengan harga lebih rendah daripada modal yang dikeluarkan. Tingginya harga modal ayam potong dari distributor juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi para pedagang.
"Kalau harga daging ayam lebih murah, tentunya dagangan kami juga laris manis," ujar Neni.
Upaya Pemerintah Menstabilkan Harga
Pemerintah Provinsi Kepulauan Babel melalui TPID terus berupaya untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok, termasuk daging ayam. Berbagai strategi dan kebijakan sedang dikaji untuk memastikan keterjangkauan harga bagi masyarakat, khususnya menjelang bulan Ramadhan. Diharapkan, upaya ini dapat membantu para pedagang dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Selain itu, pemerintah juga akan terus memantau perkembangan harga di pasaran dan berkoordinasi dengan distributor untuk memastikan pasokan daging ayam tetap terjaga. Komunikasi intensif dengan para pedagang juga dilakukan untuk memahami permasalahan yang dihadapi dan mencari solusi yang tepat.
Pemerintah berharap dengan adanya kerjasama antara pemerintah dan para pedagang, harga daging ayam dapat segera distabilkan dan terjangkau oleh masyarakat. Langkah ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah, karena berdampak pada perekonomian masyarakat dan para pedagang. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan untuk mencari solusi terbaik bagi semua pihak.
Kesimpulan
Permintaan penurunan harga daging ayam oleh para pedagang di Pangkalpinang menjadi cerminan kondisi ekonomi masyarakat saat ini. Pemerintah Provinsi Kepulauan Babel berkomitmen untuk mengatasi permasalahan ini dan memastikan harga kebutuhan pokok tetap terjangkau bagi masyarakat.